Bandung (ANTARA News) - Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (Mennegpora), Adhyaksa Dault, mengaharpkan pencak silat dijadikan mata pelajaran wajib di sekolah seluruh Indonesia karena silat tidak hanya sebagai olahraga, tapi sudah menjadi bagian dari budaya bangsa. Harapan tersebut disampaikan Adhyaksa saat membuka secara resmi kejuaraan internasional pencak silat Perguruan Perisai Diri di Gelanggang Olah Raga (GOR) C`tra Arena Bandung, Selasa. "Pencak silat sudah menjadi bagian dari kehidupan budaya bangsa dan tidak hanya sekedar olahraga beladiri. Sudah saatnya silat masuk dalam kurikulum pejararan di sekolah-sekolah. Saya akan meminta kepada Diknas, agar silat bisa masuk kurikulum," katanya. Kejuaraan internasional Perisai Diri yang memperebutkan Piala Presiden RI itu diikuti sekitar 300 atlet yang tidak hanya dari dalam negeri, tapi juga luar negeri, yaitu Australia, Belanda, Jepang dan Timor Leste. Kejuaraan yang berlangsung sampai 7 Juli itu mempertandingkan 21 nomor untuk kelompok aliran Perisai Diri dan 16 nomor untuk kelompok IPSI. Peserta dari dalam negeri berasal dari 20 daerah, yaitu Sumbar, Sumsel, Kepulauan Riau, Riau, Jambi, Banten, DKI, Jateng, DIY, Jatim, Bali, Kalteng, Kaltim, Gorontalo, Sulut, Sulteng, NTB, NTT, Maluku dan tuan rumah Jabar. Sementara itu Ketua Umum Perguruan Nanang Soemindarto menyambut baik keinginan Adhyaksa tersebut karena program pemassalan olahraga pencak silat bisa dilakukan secara nasional dan lebih sistematis. "Yang menjadi fokus utama Perisai Diri adalah pembentukan watak yang berbudi luhur dan itu bisa ditanamkan kepada anak-anak usia dini melalui sekolah-sekolah," katanya. Aliran Perisai Diri menurut Nanang untuk pertama kali dikembangkan di Belanda pada 1980 dan sejak itu menyebar ke negara lain seperti Australia, Inggris, AS, Swiss, Jepang, Timor Leste, Jerman dan Perancis dengan anggota aktif mencapai 2000 orang. "Anggota aktif Perisai Diri untuk seluruh Indonesia saat ini mencapai 100.000 orang," katanya. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007