Jakarta (ANTARA News) - Dalam editorialnya, Gulf News menulis bahwa "Resmi sudah, Suriah telah menjadi perang antara semua melawan semua. Bukti terakhir adalah laporan pesawat-pesawat AS membunuh sekitar empat sampai 200 tentara bayaran Rusia belum lama ini."

Beberapa hari sebelum insiden itu, Israel menembak jatuh sebuah drone Iran yang terbang dari wilayah Suriah, lalu menyerang posisi-posisi Iran di Suriah sampai kemudian pesawat F-16 Israel jatuh ditembak Suriah.

Beberapa hari sebelum serangan Israel itu, Turki kian gencar memerangi pasukan Kurdi yang menjadi sekutu utama AS di Suriah.

Ya, perang Suriah telah demikian semrawut, tak jelas siapa lawan, siapa kawan, siapa sekutu, siapa seteru. Tidak hanya antar-Suriah, konflik ini telah menjadi ajang perang terselubung antara pihak-pihak luar Suriah yang saling berebut pengaruh dan saling curiga.

Menurut laman majalah Time, paling tidak ada lima perang terselubung atau proxy war yang saat ini terjadi dalam perang saudara Suriah yang sudah memasuki usia ketujuh tahun.

Baca juga: Rusia ingatkan AS jangan bermain api di Suriah

Israel vs Iran
Iran terang-terangan mendukung rezim Presiden Suriah Bashar Assad baik langsung maupun tidak langsung lewat Hizbullah, Lebaon. Sebaliknya Israel berusaha menyembunyikan keterlibatannya di Suriah.
Ketika wilayah udara Israel dimasuki drone Iran, seketika Israel menyerang Suriah dan posisi-posisi Iran di Suriah. Suriah membalas untuk menjatuhkan sebuah F-16 Israel yang merupakan pertama kali terjadi sebuah pesawat Israel ditembak musuh sejak 1982.
Inilah pertama kali terjadi Israel dan Iran bentrok langsung sejak Perang Hizbullah-Israel pada 2006. Membiarkan Suriah dikuasai Iran sama halnya dengan memperluas ketidakamanan Israel yang sudah sangat terganggu dengan tangan Iran di Lebanon, Hizbullah. Sebaliknya bagi Iran, hadir di Suriah sama halnya dengan kian efektif menggertak Israel yang daerah utaranya berbatasan dengan Suriah.

Turki vs Kurdi
Suriah juga tak sekadar menjadi medan perang terselubung kekuatan-kekuatan internasional dan kawasan, tetapi juga ajang persaingan antarkekuatan lokal, khususnya Turki melawan Kurdi.
Ketika Turki memutuskan bergabung dalam perang Suriah pada 2015, alasan resminya adalah menjawab kampanye bom bunuh diri ISIS di Kota Suruc, yang berada di perbatasan dengan Suriah. Yang sebenarnya terjadi adalah Turki khawatir sukses Kurdi Suriah yang selalu di atas angin melawan baik ISIS maupun pasukan Assad akan memotivasi Kurdi Turki, dan inilah alasan sesungguhnya di balik Turki terjun ke Perang Suriah,. Faktanya Turki adalah yang paling gencar menyerang Kurdi Suriah.
Kurdi adalah minoritas berjumlah 30 juta orang yang kebanyakan tinggal di Turki, Iran, Suriah dan Irak. Jutaan warga Kurdi merindukan sebuah negara Kurdi merdeka. Di Turki sendiri ada 15 juta warga Kurdi atau 18 persen dari total penduduk Turki

AS vs Turki
AS menjadi penyokong utama milisi Kurdi yang dinilai AS sebagai kekuatan paling efektif dalam melawan ISIS, tidak hanya di Suriah, tetapi juga Irak. Penganakemasan Kurdi ini menyinggung perasaan Turki.
Ketersinggungan itu makin parah setelah AS siap membantu pasukan berkekuatan 30.000 tentara di Suriah timur laut, yang tulang punggungnya adalah pasukan Kurdi. Itu jelas tak bisa diterima Turki. Turki pun melancarkan "Operasi Tangkai Zaitun".
Tiba-tiba untuk pertama kali sejak akhir Perang Dingin, dua negara anggota NATO terlibat dalam perang terselubung yang justru makin menyulitkan pengakhiran perang Suriah.

Rusia vs AS
Rusia mendukung Assad yang sudah menjadi sekutu terpercayanya karena Suriah sangat strategis bagi Rusia mengingat satu-satunya tempat yang menyediakan pangkalan angkatan laut Rusia yang punya akses langsung ke Laut Tengah.
Bersama Iran, Rusia adalah bagian instrumental dalam kesolidanan rezim Assad, sekaligus menguatkan Rusia sebagai aktor utama regional Timur Tengah.
Sebaliknya AS mendukung kekuatan yang menjadi lawan Assad. Pekan ini muncul berita menghebohkan mengenai ratusan petempur Rusia dalam serangan gagal ke sebuah pangkalan Kurdi-AS di Deir Ezzor untuk menyangga pasukan Assad.
Rusia buru-buru mengatakan yang tewas itu adalah tentara bayaran, bukan tentara reguler Rusia.
Tak pelak Suriah menjadi medan perang terselubung paling maut antara Rusia dan AS sejak Perang Dingin.

Rusia/AS/UEA vs Turki/Iran/Qatar
Menurut Time, Suriah telah menjadi mikrokosmos konflik di seluruh Timur Tengah, yakni sekulerisme melawam islamisme. Persaingan pada matra ini ditunjukkan lewat kekuatan-kekuatan lebih sekuler seperti Rusia, AS dan Uni Emirat Arab, melawan islamisme Turki, Iran dan Qatar, padahal ketiga negara ini berbeda corak, yaitu Sunni dan Syiah. Turki dan Iran boleh beda karena Sunni dan Syiah, tetapi keduanya tidak pernah menentang naiknya pengaruh Islam politik dalam sistem politik Suriah.

Baca juga: Bukti nyata perang terselubung AS vs Rusia di Suriah (Bagian 1), Bagian 2, dan Bagian 3

Pewarta: -
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018