"Sampai saat ini, tidak ada nelayan Kulon Progo yang menggunakan cantrang. Nelayan menggunakan alat tradisional berupa jaring," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kulon Progo Sudarna di Kulon Progo, Minggu.
Ia mengatakan nelayan yang menggunakan cantrang biasanya memakai kapal di atas lima grosston. Nelayan Kulon Progo menggunakan kapal perahu motor tempel yang sangat kecil, sehingga alat tangkap yang digunakan masih tradisional.
Menurut dia, berdasarkan data sarana dan prasarana ikan tangkap, nelayan Kulon Progo rata-rata hanya menggunakan jaring dan perangkat penangkapan keong.
Selanjutnya, nelayan yang menggunakan cantrang biasanya melaut minimal satu minggu, dan modalnya sangat besar. Berbeda dengan nelayan Kulon Progo yang modalnya sangat kecil. Saat melaut pun, nelayan Kulon Progo masih tergantung pada kondisi alam.
"Tidak menutup kemungkinan nelayan menggunakan cantrang setelah Pelabuhan Tanjung Adikarto beroperasi. Kemudian, nelayan menggunakan kapal besar dan memiliki modal untuk menangkap ikan. Hal yang terpenting adalah pelabuhan segera diselesaikan dan beroperasi," katanya.
Kepala Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pengelolaan Pelelangan Ikan DKP Kulon Progo Prabowo Sugondo mengatakan setiap tahun memberikan bantuan alat tangkap berupa jaring.
Alat tangkap yang paling dibutuhkan nelayan adalah jaring dan pelatihan bagaimana menangkap berbagai jenis ikan yang ada di laut.
"Kami selalu memberikan bantuan alat tangkap berupa jaring kepada kelompok nelayan. Jaring itu, setiap saat bisa rusak atau hilang saat ditanam di tengah laut," katanya.
DKP Kulon Progo, kata dia, selalu mengimbau nelayan untuk membawa alat lebih dari satu atau diversifikasi alat tangkap. Sehingga mereka dapat menangkap keong atau lobster bila hasil tangkapan ikan sepi.
"Diversifikasi alat tangkap ini bertujuan hasil tangkapan ikan lebih dari satu. Sehingga, mereka mendapat tambahan pendapatan dari hasil tangkapan selain ikan," ujar Prabowo.
Pewarta: Sutarmi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018