"Dari 100 pasien, seorang meninggal dan sembilan orang masih dalam perawatan dan selebihnya dianggap pulih," kata Koordinator Humas RSUD Kabupaten Tangerang Liliek Kholidah di Tangerang, Sabtu.
Liliek mengatakan pasien yang dirawat itu berada di ruang isolasi dan hanya dapat dikunjungi keluarga dan kerabat terdekat.
Masalah tersebut terkait aparat Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemkab Tangerang, menuntaskan vasinasi difteri tahap pertama terhadap 1,1 juta anak yang tersebar di 29 kecamatan.
Kepala Dinkes Pemkab Tangerang, Desiriana Dinardianti mengatakan penanganan yang cepat harus segera dilakukan agar tidak menimbulkan korban jiwa.
(Baca juga: Pontianak dapat 90.000 vaksin difteri)
Pekan ini telah dimulai vaksinasi tahap kedua yang dilakukan oleh petugas Dinkes setempat, Puskesmas maupun aparat medis lainnya.
Hal tersebut karena terdapat 100 pasien difteri yang dirawat pada berbagai rumah sakit di Kabupaten Tangerang, namun seorang diantaranya meninggal dunia.
Difteri merupakan penyakit berbahaya dan dapat menyebabkan kematian bagi penderita yang kadang terlambat mendapatkan bantuan medis.
Gejala difteri diantaranya berupa batuk, otot lemas, pembengkakan kelenjer getah bening, pilek, sulit menelan, suara serak, tenggorokan pegal dan demam.
Sasaran imunisasi difteri terhadap warga usia 1-19 tahun karena mereka merupakan berisiko tinggi.
(Baca juga: Gerakan imunisasi ulang di Banten mampu tekan difteri)
Liliek menambahkan pasien yang diperkenankan pulang itu setelah dirawat sejak pekan pertama Agustus 2017 hingga pertengahan Februari 2018.
Dia mengatakan pasien yang dalam perawatan minimal selama enam bulan dan dianggap pulih total agar tidak mengalami penyakit serupa berikutnya.
(Baca juga: Imunisasi difteri di Banten capai 2,4 juta)
Pewarta: Adityawarman(TGR)
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018