Atambua, NTT (ANTARA News) - Penghitungan suara Pemilu Parlemen di Timor Leste yang sedang berjalan memperlihatkan partai penguasa, Partai Fretilin, untuk sementara ini unggul hingga 30 persen, sementara CNRT pimpinan Xanana Gusmao nerada di tempat kedua dengan 22 persen. Media massa Inggris, BBC dari Dili, Timor Leste, sebagaimana dikutip Antara dari Atambua, NTT, Selasa, menyatakan kedua partai, Partai Fretilin yang menjagokan bekas Perdana Menteri Mari Alkatiri, dan Partai CNRT, hingga kini mendominasi perolehan suara pemilu yang diikuti 14 partai politik untuk menempatkan kadernya di Parlemen yang berkomposisi 65 kursi. BBC menyatakan jika Kai Rala Xanana Gusmao, mantan Presiden Timor Timur, ingin menempatkan dirinya sebagai perdana menteri baru di negara itu, dia harus berkoalisi dengan 12 partai politik lebih kecil. Konstitusi negara itu menyebutkan, perdana menteri berasal dari partai politik dominan di Parlemen yang menguasai 51 persen perolehan suara. Gusmao, diperkirakan media massa itu, pada akhir penghitungan suara yang ditentukan sepekan mendatang, akan bisa melakukan hal itu. Sejak di ujung masa jabatan kepresidenanannya, Gusmao telah merancang berbagai strategi pemenangan Pemilu Parlemen, di antaranya dengan melakukan lobi-lobi kepada partai politik kecil, semisal Partidu Milenium Demokratiku. Pemilu Parlemen pada 30 Juni lalu, dinilai berbagai pengamat, salah satunya Tim Uni Eropa, berjalan sangat baik, aman, dan demokratis. Untuk pertama kalinya, sekitar 522.000 pemilih melangkahkan kakinya ke berbagai TPS untuk menentukan secara langsung wakil-wakilnya, yang akan menentukan perdana menteri baru, yang mempunyai kekuasaan eksekutif sejati di negara itu. Pemilu Parlemen kali ini, dengan demikian, menjadi sangat penting dan strategis karena diharapkan bisa meningkatkan kualitas dan ketahanan perekonomian negara itu serta lebih bisa menjamin kemantapan keamanan negara itu. Akan tetapi, menurut Tim Uni Eropa, seperti diutarakan BBC, perdamaian yang rapuh tetap menjadi momok tersendiri di negara itu menyusul kerusuhan berdarah yang merenggut sedikitnya 30 jiwa pada pertengahan 2006 lalu. Kerusuhan di antara warga Timor Leste itu tidak pelak lagi mengganggu kehidupan negara itu dan mendorong aksi-aksi kekerasan balasan serupa. Alkatiri sendiri, setelah berbagai rentetan kerusuhan pada pertengahan tahun lalu itu, mengemukakan bahwa Gusmao (saat itu presiden), menggunakan cara pemerintahan otoriter sehingga tokoh sentral Partai Fretilin yang mengiblatkan dirinya kepada poros Kuba dan Portugal itu, terjungkal dari tampuk kekuasaan perdana menterinya. "Gusmao selalu mencari kekuasaan, dia tidak memiliki kapasitas, dan dia tidak memiliki rencana apapun. Dia cuma mencoba berupaya dengan mengandalkan kharismanya," kata Alkatiri kepada BBC. Sementara Gusmao, dalam berbagai kampanyenya yang juga diikuti simpatisan Partai Fretilin, tidak henti-hentinya berorasi tentang kegagalan pengelolaan negara yang telah dilakukan Alkatiri semasa menjadi perdana menteri pertama negara itu. "Selama lima tahun berkuasa dengan Partai Fretilin-nya, Alkatiri merupakan `big boss` dari pemerintahan yang gagal," kata Gusmao. Pemilu Parlemen kali ini merupakan pemilu pamungkas dari seri pemilu negara itu, yang akan menentukan nasib perjalananan Timor Leste hingga lima tahun ke depan. Sejak meraih kemerdekaannya pada 20 Mei 2002, negara ini kerap ditimpa berbagai masalah. Menurut pengamat ekonomi Timor Leste, Joao Saldanha PhD, masalah utama di negara baru yang memakai sistem mata uang dolar AS itu adalah pengangguran dan inflasi yang baru belakangan ini bisa dikendalikan. Dengan jumlah angkatan kerja usia produktif cukup tinggi, pengangguran menjadi hal yang bisa membahayakan negara berpenduduk sekitar 1.000.000 jiwa itu. Hingga saat ini, perekonomian negara itu banyak disokong badan-badan internasional dan negara sahabat, mengingat aset perekonomian negara itu belum bisa digerakkan secara mandiri. Australia menjadi salah satu negara yang berketetapan terus melanjutkan komitmen penanaman modal eksplorasi minyak dan gas bumi di Celah Timor; dengan salah satu proyek multi juta dolarnya, yaitu Greater Sunrise Block. (*)
Copyright © ANTARA 2007