"Kami rencanakan akan melakukan pendakian ke Everest pada 2019 sehingga Seven Summit Mapala UI dapat terselesaikan," kata Ketua Mapala UI Yohanes Poda di Jakarta, Kamis.
Saat ini Mapala UI sedang mempersiapkan berbagai hal mulai dari pembentukan tim, persiapan fisik dan penggalangan dana. Mapala akan memberangkatkan tiga-empat orang dengan perkiraan biaya Rp800 juta hingga Rp900 juta per orang.
"Kami lihat Mapala UI sebagai unit universitas yang besar dan punya prestasi, kami mendukung kegiatannya dan kami akan bicara lagi dengan pengurus mengenai pendanaan karena memang Everest ini biayanya cukup mahal," kata Direktur Kemahasiswaan UI Arman Nefi.
Mapala UI sebelumnya telah mengadakan ekspedisi Seven Summits dunia yang merupakan pelopor kegiatan pendakian Seven Summits dunia di Indonesia.
Pada 1972, tim pendaki Mapala UI menjadi tim pertama yang menginjakkan kaki di Puncak Carstensz, puncak tertinggi di kawasan Australasia. Setelah itu Kilimanjaro (1983), McKinley (1989), Elbrus (1990), dan Aconcagua (1993).
Lima puncak sudah dicapai Mapala UI pada ekspedisi Seven Summits saat itu, namun belum berhasil meneruskan ke puncak Vinson Massif dan Everest karena tewasnya pendaki utama ekspedisi Norman Edwin dan Didiek Samsu, saat mendaki Aconcagua pada 1992.
Setelah lama tidak melanjutkan Seven Summits, Mapala UI pada akhir 2017 mengirimkan Dedi Satria ke Vinson Massif, puncak tertinggi Antartika.
Dedi berhasil mencapai puncak Vinson Massif pada 6 Januari 2018 pukul 16.30 waktu Chile atau 7 Januari 2018 pukul 02.30 WIB.
"Karena itu penting bagi kami untuk menyelesaikan seven summit ini karena Mapala UI yang memulai maka harus diselesaikan," ujar Ketua Mapala UI Yohanes.
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018