Kennenbunkport, Maine (ANTARA News) - Amerika Serikat dan Rusia, Selasa, direncanakan menandatangani kesepakatan mengenai pembicaraan yang sebagian dipusatkan pada berakhirnya masa kesepakatan senjata strategis START, demikian pengumuman Gedung Putih, Senin. Persetujuan tersebut direncanakan ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Condoleezza Rice dan timpalannya dari Rusia, Sergei Lavrov, di sela pertemuan antara Presiden George W. Bush dan Presiden Vladimir Putin di Kennenbunkport, kata penasehat Bush, Steve Hadley, kepada AFP. "Juga akan ada dokumen yang membicarakan --mulanya berbicara mengenai hubungan antara kedua negara mengenai kekuatan nuklir strategis pada akhirnya-- masa berakhirnya kesepakatan START I pada 2009," katanya. Masih pada Selasa, jurubicara Dewan Keamanan Nasional Gordon Johndroe telah mengatakan, Amerika Serikat dan Rusia dijadwalkan mengeluarkan satu dokumen lain, pernyataaan bersama mengenai keinginan mereka untuk bekerjasama dalam memasok negara lain dengan teknologi nuklir sipil di bawah pengawasan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA). Bush dan Putin sebelumnya membantah bahwa hubungan mereka terancam terbalik setelah percekcokan selama berbulan-bulan yang kadangkala telah mencuatkan ketegangan yang terakhir terjadi dalam era Perang Dingin. Beberapa masalah telah menjerumuskan hubungan Rusia-AS ke dalam kesuraman baru, seperti rencana AS untuk menggelar sistem pertahanan di Eropa timur untuk "menghadapai serangan rudal dari negara merah" telah menimbulkan dugaan pembicaraan tersebut takkan berjalan mulus. Namun bagi Bush, yang enam tahun lalu menyatakan telah mengetahui "isi hati Putin", pertemuan puncak tersebut di tempat liburan orang tuanya di pantai Maine adalah peluang untuk meredakan ketegangan. Sebelumnya Gedung Putih dan Kremlin meremehkan dugaan bahwa kedua pemimpin tersebut akan mencapai terobosan besar selama pertemuan itu, yang dirancang sebagai pembahasan terbuka mengenai perbedaan pendapat mereka. "Saya ingin mengingatkan agar (orang) tak mengharapkan pengumuman baru yang agung," kata jurubicara Gedung Putih Tony Snow pekan lalu. "Ini pada kenyataannya adalah kesempatan bagi kedua pemimpin untuk berbicara secara jujur dan terbuka satu-sama-lain." Bush ingin tameng rudal untuk "melindungi diri dari kemampuan rudal dan nuklir Iran yang meningkat", tapi Rusia memandang sistem tersebut sebagai ancaman terhadap simpanan rudal nuklirnya sendiri yang dapat mengimbangi keseimbangan senjata, dan tak sependapat dengan AS mengenai ancaman Iran. Putin, yang berusaha meredakan ketegangan, awal bulan ini menanggapi dengan mengajukan tawaran kepada Bush yang meliputi penggunaan tempat radar Rusia di Azerbaijan, dan bukannya membiarkan Washington membangun kesatuan tempur baru di Republik Ceko. Meskipun menyambut tawaran itu sebagai "sangat konstruktif dan tegas", Bush menguji Putin dengan berkeras bahwa Republik Ceko dan Polandia harus tetap "menyatu" dalam sistem tersebut. (*)
Copyright © ANTARA 2007