Jakarta (ANTARA News) - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian sejak 2017 telah memproduksi benih unggul kopi, kakao, dan karet secara massal yang siap disalurkan pada April 2018.


Melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu, disebutkan benih tanaman industri tersebut hasil pengembangan Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri) itu memiliki performa benih yang bagus.

Kepala Balittri Syafaruddin mengatakan, hal membuktikan bahwa Balittri mampu mengelola perbenihan dengan baik guna mendukung program strategis Kementerian Pertanian.

Pihaknya segera menyiapkan langkah-langkah penyaluran benih kepada calon petani dan calon lokasi (CPCL).

Jutaan hektar lahan perkebunan kelapa akan dioptimalkan pemanfaatannya untuk tanaman indstri yang adaptif terhadap naungan, seperti tanaman kakao, kopi, dan itu akan dijadikan satu model tanaman perkebunan masa depan khususnya tanaman industri.

"Hal ini sangat positif untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan dan meningkatkan pendapatan petani yang berkelanjutan," katanya.

Pengembangan selanjutnya tidak hanya bertumpu pada lahan eksisting, tetapi juga menyasar lahan-lahan sub optimal, seperti lahan kering iklim kering dan lahan rawa (pasang surut dan lahan lebak).

Lahan rawa tersebut baru dimanfaatkan sebanyak 10 persen dari jutaan hektar lahan rawa di Indonesia.

Menurut di, lahan rawa bukan hanya dimanfaatkan untuk tanaman pangan semusim, tetapi juga untuk pengembangan tanaman perkebunan tahunan seperti kopi.

Pengembangan lahan di luar eksisting memerlukan varietas yang adaptif terhadap ekosistem ini. Balittri telah menghasilkan dua varietas kopi unggul yang adaptif terhadap lahan rawa, yaitu Liberoid Meranti (LIM 1 dan LIM 2).

Benih unggul kopi seperti BP308 yang dihasilkan oleh peneliti Balittri, telah diperbaiki secara genetis sehingga bisa tahan terhadap penyakit nematoda.

Hal ini sangat diperlukan mengingat salah satu penyakit berbahaya untuk tanaman kopi adalah nematoda. Teknologi pengendaliannya dapat dilakukan secara internal melalui perbaikan genetis, seperti klon unggul BP 308 yang tahan nematoda.

Selain itu, mendorong pengendalian penyakit yang ramah lingkungan sehingga mengurangi penggunaan residu kimia, serta penggunaan pupuk hayati bisa mengurangi penggunaan kimia sebesar 40-50 persen dan meningkatkan produktivitas tanaman sebesar 20 persen. (GGH)

Pewarta: -
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2018