Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi dari UGM Yogyakarta, Toni Prasetiantono, mengatakan dengan inflasi Juni yang terjaga pada 0,23 persen akan dapat ditindaklanjuti dengan penurunan suku bunga acuan BI, BI Rate, yang saat ini berada pada 8,50 persen. "Kalau hanya 0,23 persen berarti pajak CPO dan operasi pasar (minyak goreng) cukup efektif. Dengan modal ini, dimana inflasi 'year on year' hanya 5,4 persen, maka cukup alasan bagi BI untuk menurunkan BI Rate menjadi 8,25 persen," kata Toni, di Jakarta, Senin. Menurutnya, situasi moneter semakin kondusif dengan nilai tukar rupiah yang nyaman pada Rp9.000 per dolar AS dan cadangan devisa yang meningkat menjadi 51,9 miliar dolar AS. "Semua ini kondusif untuk menurunkan suku bunga," katanya. Senada juga dikatakan Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib. Ia mengatakan Bank Indonesia (BI) akan kembali berpeluang untuk menurunkan suku bunganya melihat laju inflasi Juni 2007 hanya 0,23 persen, walaupun angka inflasi tersebut lebih tinggi dibanding bulan lalu. "Kondisi ini akan memicu BI Rate pada akhir tahun ini akan bisa mencapai angka delapan persen yang saat ini berkisar 8,5 persen," katanya. Dengan inflasi Juni 0,23 persen, inflasi secara tahun berjalan (Januari-Juni 2007) mencapai 2,08 persen dan inflasi "year on year" (Juli 2006 - Juni 2007) sebesar 5,77 persen. (*)

Copyright © ANTARA 2007