Hal ini didukung dengan berbagai upaya strategis pemerintah seperti menjaga stabilitas politik, peningkatan level pendidikan, serta menciptakan keamanan di dalam negeri.
“Dari geoekonomi, Indonesia sudah masuk dalam one trillion club. Bapak Presiden Jokowi berhasil untuk terus mendorongnya,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto melalui keterangannya di Jakarta, Rabu.
Saat ini, lanjutnya, pertumbuhan ekonomi kita lebih tinggi dibanding rata-rata dari pertumbuhan ekonomi ASEAN.
Airlangga menyampaikan hal itu ketika menjadi narasumber Diskusi Panel pada Rapat Kerja Kepala Perwakilan RI dan Kementerian Luar Negeri RI Tahun 2018 di Jakarta.
Turut hadir juga menjadi pembicara adalah Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dan Kepala BKPM Thomas Lembong dengan dipandu Staf Khusus Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar.
Dengan upaya strategis pemerintah tersebut, perekonomian Indonesia terus mengalami perbaikan dari berbagai aspek selama lima belas tahun terakhir.
Capaian positif itu, antara lain Indonesia menjadi negara populasi tenaga kerja terbesar ke-4 di dunia, dengan jumlah mencapai 30 juta pekerja dan rata-rata gaji pekerja telah naik dalam dua kali lipat.
Selama lima belas tahun terakhir pula, nilai investasi Indonesia telah naik 13 kali lipat dari 22 persen menjadi 34 persen pada Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Pertumbuhan konsumsi masyarakat domestik pun mengalami peningkatan delapan kali lipat dan saat ini berkontribusi sebesar 55 persen pada PDB. Diikuti dengan kapitalisasi pasar modal, naik 15 kali lipat, yang nilainya kini setara mencapai USD500 miliar.
Sementara itu, dukungan dari sektor industri manufakur nasional, daya saing dan nilai tambahnya ikut mengalami peningkatan. Hal ini dilihat berdasarkan kontribusi ekspor produk manufaktur sebesar 74 persen terhadap nilai ekspor Indonesia pada tahun 2017. “Nilai ekspor industri pengolahan naik 13,14 persen dari tahun 2017 dibanding 2016,” ujar Airlangga.
Beberapa industri pengolahan yang menyumbangkan ekspor cukup signfikan tahun 2017, yaitu industri kelapa sawit sebesar Rp287,24 triliun, industri logam Rp141,16 triliun, industri makanan Rp134,93 triliun.
Selain itu, industri alat transportasi Rp116,63 triliun, industri elektronika Rp105,94 triliun, industri pakaian jadi Rp90,31 triliun, industri pulp dan kertas Rp84 triliun, serta industri logam Rp59,9 triliun.
“Produk-produk manufaktur tersebut menunjukkan daya saing yang kuat dan memiliki nilai tambah tinggi,” tutur Menperin.
Dari sisi manufacturing value added (MVA), Indonesia mampu menempati posisi tertinggi dibanding negara-negara di ASEAN. MVA Indonesia mencapai 4,84 persen, sedangkan rata-rata di ASEAN berkisar 4,5 persen. Bahkan, untuk tingkat dunia, Indonesia berada di peringkat ke-9.
“Saat ini, negara tujuan ekspor utama kita antara lain adalah China, Amerika Serikat, Jepang, India, dan Singapura,” tuturnya.
Adapun lima negara yang berkontribusi besar melalui investasi di Indonesia sepanjang tahun 2017, yaitu Jepang yang menanamkan modal hingga 2,13 miliar dolar AS, diikuti Singapura 2,05 miliar dolar AS, China 1,14 miliar dolar AS, Korea Selatan 0,93 miliar dolar AS, dan Swiss 0,32 miliar dolar AS.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018