Analis Monex Investindo Futures Putu Agus di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa mata uang dolar AS diperdagangkan cenderung menurun terhadap mayoritas mata uang dunia menjelang perilisan data inflasi Amerika Serikat yang diproyeksikan di bawah estimasi.
"Investor saat ini sedang menantikan laporan data inflasi Januari Amerika Serikat, data itu dapat dijadikan sebagai petunjuk seberapa cepat The Fed akan menaikan suku bunga pada tahun ini," katanya.
Namun, lanjut dia, jika data ekonomi Amerika Serikat itu dirilis lebih tinggi dari estimasi maka ruang penguatan bagi dolar AS kembali terbuka sehingga dapat menahan laju mata uang rupiah ke depannya.
(Baca juga: Rupiah Rabu pagi melemah menjadi Rp13.650 per dolar)
Research Analyst FXTM, Lukman Otunuga menambahkan bahwa pelaku pasar uang di dalam negeri sedang menantikan data kredit Indonesia. Peningkatan pertumbuhan kredit dapat menjadi indikasi perekonomian Indonesia mengalami akselerasi pada tahun 2018.
"Pelaku pasar uang akan merespon positif apabila data pertumbuhan kredit bulan Januari melampaui ekspektasi pasar," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu (14/2) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.657 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.644 per dolar AS.
(Baca juga: Bursa saham Tokyo ditutup melemah tertekan penguatan yen)
(Baca juga: Pasar saham Australia berakhir turun jelang data inflasi AS)
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018