“KIK telah menarik 39 investor yang berasal dari Indonesia, Singapura, Malaysia, China dan Jepang dengan menyerap tenaga kerja sekitar 1.949 orang,” kata Airlangga melalui keterangannya di Jakarta, Rabu.
Berbagai investasi yang masuk tersebut merupakan perusahaan tersebut bergerak di bidang usaha industri furnitur, makanan, kemasan makanan, baja, label printing dan boneka.
Saat ini, terdapat dua perusahaan industri yang telah beroperasi yaitu pertama PT Tat Wai Industries dari Singapura di atas lahan 10.000 meter persegi dengan jenis usaha di bidang furniture dan menyerap tenaga kerja sebanyak 50 orang.
“Saat ini perusahaan tersebut telah melakukan ekspor ke Singapura sebanyak 6 container per bulan,” ungkap Airlangga.
Kedua, PT APP Timber dari Malaysia yang menempati lahan 10.024 meter persegi dengan jenis usaha pengolahan kayu.
Sedangkan perusahaan yang masih dalam konstruksi sebanyak 12 perusahaan dan pada tahun 2018, direncanakan akan dibangun 14 perusahaan.
Perkembangan KIK pada Fase 1 yakni menggarap 1.000 hektare lahan dengan target 300 tenant dan potensi tenaga kerja sekitar 500.000 orang pada 2025.
KIK dinilai memberikan efek positif bagi peningkatan investasi di Indonesia.
Kawasan terintegrasi pertama di Provinsi Jawa Tengah ini ditargetkan menyerap potensi investasi hingga Rp 200 triliun.
“Nilai investasi pembangunan KIK pada tahap pertama diperkirakan mencapai Rp7 triliun dengan total lahan seluas 860 hektare dan akan selesai dalam lima tahun ke depan,” kata Airlangga.
Pembangunan KIK direncanakan sampai tiga tahap dengan total lahan seluas 2.700 hektare untuk menjadi kawasan industri terpadu yang didukung oleh pengembangan zona industri, pelabuhan, Fashion City, dan permukiman.
“KIK juga didorong sebagai kawasan industri padat karya berorientasi ekspor,” tegas Airlangga.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018