Sekretaris Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Cahaya Sakti Kong Ling Bio, Lidya Samstyagraha di Temanggung, Selasa, mengatakan pertunjukkan yang berlangsung di halaman klenteng ini gratis dan terbuka bagi masyarakat umum.
Menurut dia wayang potehi yang digelar pada 13-18 Februari 2018 ini dalam rangka ulang tahun Dewa Bumi atau Kongco Hok Tek Tjien Sien.
Ia mengatakan dalang wayang potehi dari Jombang, Jawa Timur. Judul pergelaran wayang potehi kali ini adalah "Tek Djeng Ngo Hoo Peng See" atau Jenderal Tek Djeng menyerang ke selatan.
Ia menuturkan pementasan wayang potehi dilakukan setiap hari dalam dua sesi, yakni pukul 15.00-17.00 WIB dan pukul 19.00-21.00 WIB.
Pada pertunjukan perdana Selasa (13/2) petang mampu menyedot animo masyarakat Temanggung untuk menyaksikan.
Ia mengatakan wayang potehi merupakan icon budaya Tionghoa yang keberadaanya di Nusantara sempat tenggelam hampir setengah abad karena belenggu orde baru melalui Inpres Nomor 14 Tahun 1967.
"Kesenian yang meramaikan Imlek ini baru muncul kembali di Indonesia setelah Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur mencabut Inpres tersebut," katanya.
Ia mengatakan tradisi wayang potehi sudah ada di daratan Tiongkok sejak masa Dinasti Siong Theng (3000 SM). Potehi berasal dari kata poo (kain), tay (kantung), dan hie (wayang). Artinya, wayang berbentuk boneka terbuat dari kain.
Alat musik pengiringnya, antara lain berupa tong ko atau tambur, gwee kim atau mandolin, dan tua jwee (terompet logam).
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018