Perusahaan pelat merah ini bekerjasama dengan salah satu rumah sakit ternama di Indonesia untuk memperoleh data seputar kanker dan jumlah pasiennya.
Ditemui di acara Indonesia Life Insurance CFO Forum 2018 di Jakarta, Selasa (13/2), Head of Actuarial & Life Portfolio Management Division Indonesia Re Nico Demus mengatakan, untuk mengembangkan produk asuransi kanker, pihaknya telah mendelegasikan tim untuk mempelajari konsep asuransi kanker di Jepang, salah satu negara dengan tingkat kematian akibat kanker terbesar di dunia.
"Penetrasi produk asuransi kanker di Jepang mencapai 20 persen dari jumlah penduduk karena merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi. Oleh karena itu, kami melihat ada peluang untuk turut menghadirkan produk ini di Indonesia dimana jumlah penderita kanker sangat tinggi," ujarnya.
Menurut data WHO, jumlah data pengidap kanker di Indonesia pada 2016 mencapai 17,8 juta jiwa dan tahun 2017 naik 3,9 persen menjadi 21,7 juta jiwa. Bahkan, pada 2030, jumlah penderita kanker di Indonesia diperkirakan melonjak hingga tujuh kali lipat.
Dilatarbelakangi hal tersebut, perusahaan pelat merah ini berinisiatif untuk menghadirkan produk ini guna meningkatkan proteksi kepada para pemegang polis asuransi.
Nico melanjutkan, pengembangan produk ini sudah masuk tahapan pengembangan fitur produk dan penentuan harga, dan akan segera disosialisasikan kepada industri asuransi jiwa. "Jika tidak ada hambatan, produk ini akan diluncurkan pada akhir 2018," pungkas Nico.
Pewarta: Primasatya
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2018