Seoul (ANTARA News) - Panglima tertinggi tentara Amerika Serikat (AS) di Korea Selatan, Jenderal Burwell Bell, hari Senin menyatakan bahwa peluru kendali (rudal) ujian Korea Utara (Korut) baru-baru ini "cukup maju", demikian laporan kantor berita Yonhap. "Itu peluru kendali cukup maju dan berbahan bakar kenyal," ujar panglima dari 29.500 tentara Amerika Serikat (AS) di Korea Selatan, saat bertemu dengan wartawan Korea Selatan (Korsel). "Satu dari ancaman terbesar pada perdamaian dan ketenangan ialah kemungkinan kemampuan Korea Utara mengawinkan teknoligi peluru kendalinya dengan kemampuan nuklirnya, yang sudah dipamerkannya," katanya, seperti dikutip kantor berita Korea Selatan itu. Korut menguji tembak serangkaian peluru kendali jarak dekat ke perairan lepas pantai timur dan baratnya pada 25 Mei dan 7 Juni 2007, kata media setempat mengutip keterangan pejabat Kementerian Pertahanan Korea Selatan. Korut dikabarkan menembakkan peluru kendali jarak dekat ke laut Jepang pada 27 Juni sebagai bagian dari pelatihan berkala tentara, kata Yonhap. Uji itu terjadi saat waktu peka ketika pemeriksa Perserikatan Bangsa-Bangsa akan mengunjungi pembangkit di tengah kegiatan nuklir Korea Utara pada pemeriksaan pertama atas tempat dalam hampir empat tahun. Sumber tak terkenali pemerintah mengatakan kepada Yonhap bahwa peluru kendali berdaya jangkau sekitar 100 kilometer itu diduga ditembakkan pada pukul 11.30 waktu setempat (10.20 WIB). "Kami mendapatkan keterangan tentang peluncuran satu peluru kendali jarak dekat di lepas pantai propinsi Hangyong Selatan, Korea Utara. Peluncuran itu kemungkinan dilihat sebagai bagian pelatihan berkala Korea Utara," kata sumber itu. Pejabat Korea Selatan menolak memastikan berita tersebut. "Kami melihat secara dekat Korea Utara, tapi kami tidak dapat memastikan laporan itu," kata jurubicara Kepala Staf Gabungan kepada kantor berita Prancis AFP. Itu merupakan peluncuran ketiga peluru kendali Korea Utara pada tahun ini, kata Yonhap. Pada 25 Mei, negara itu menguji tembak satu peluru kendali ke lepas pantai timurnya. Terjadi uji luncur dua peluru kendali pada 7 Juni ke laut Kuning di sisi ain semenanjung tersebut, yang diyakini merupakan peluru kendali darat ke kapal atau kapal ke kapal dengan daya jangkau sekitar 100 kilometer. Semua mendarat di perairan Korea Utara. Pejabat Korea Selatan mengecilkan kepentingan peluncuran peluru kendali Korea Utara tahun ini, dengan menyebutnya bagian dari pelatihan biasa tentara. Peluncuran peluru kendali Korea Utara itu meningkatkan ketegangan di kawasan tersebut dasawarsa terahir. Pada 1998, langkah tersebut menyiagakan Jepang akibat menguji tembak peluru kendali jarak jauh atas negeri itu. Pada Juli tahun lalu, Korea Utara menguji tembak tujuh peluru kendali, termasuk Taepodong-2, yang di atas kertas dapat mencapai pantai barat Amerika Serikat. Peluncuran itu memicu kecaman Perserikatan Bangsa-Bangsa dan hukuman terkait peluru kendali. Korea Utara sepakat mengizinkan regu antarbangsa pemeriksa untuk mengunjungi pembangkit nuklirnya di Yangbyon. Korea Utara mengusir regu pemeriksa dari Badan Atom Internasional (IAEA) pada Desember 2002. Sebulan kemudian, negara itu menarik diri dari Perjanjian Tanrebak Nuklir dan memulai kembali kegiatan nuklir di Yongbyon. Sebagai imbalan dari penutupan nuklir itu, Korea Utara dalam pertemuan Ferbruari tersebut dijanjikan bantuan pangan, daya dan ekonomi, juga menyangkut pemulihan hubungan diplomatik dengan AS. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007