Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar Iran untuk Indonesia Valiollah Mohammadi mengatakan negaranya bertekad untuk tidak lagi bergantung pada minyak mentah, dan beralih ke industri energi terbarukan, nanoteknologi, dan farmasi.
"Iran sedangh berusaha untuk tidak lagi bergantung pada ekonomi berbasis minyak, dengan meningkatkan pertumbuhan melalui industri farmasi, dan nanoteknologi," kata Mohammadi saat membuka acara perayaan 39 Tahun Revolusi Islam dan Hari Nasional Republik Islam Iran di Jakarta, Senin (12/2).
Dubes Mohammadi menyampaikan bahwa pasca revolusi Islam di Iran, banyak perubahan positif terjadi, khususnya di bidang politik, ekonomi, dan sosial-budaya.
"Pasca revolusi, kami (rakyat Iran) berhasil lepas dari nepotisme, dan dominasi asing. Pencapaian penting Republik Islam Iran diantaranya mencakup praktik demokrasi, dan pemberian hak politik ke masyarakat," tambahnya.
Dubes mengatakan, selepas revolusi Islam, pemerintah Iran, telah menggelar sekitar 40 pemilihan umum yang bebas. Bahkan, tingkat partisipasi masyarakat untuk pemilu tahun lalu telah mencapai 73 persen, terang Mohammadi.
Selain demokrasi, pemerintah Republik Islam Iran juga berktekad menciptakan kesetaraan gender, khususnya melalui peningkatan partisipasi perempuan di ranah publik.
"Dari berbagai pencapaian itu, Iran telah menempati urutan ke-18 untuk negara dengan perekonomian paling efektif di dunia," jelas Mohammadi, seraya menambahkan, nilai investasi langsung (Foreign Direct Investment) yang masuk ke negaranya mencapai 32 miliar dolar AS.
Sementara itu, Iran juga menempati urutan ke-16 untuk kemajuan di ilmu pengetahuan, dan peringkat lima untuk perkembangan industri nano-teknologi.
Dalam pidatonya, Mohammadi turut menyebut, hubungan antara Indonesia dan Iran terus bergerak ke arah yang lebih baik.
"Indonesia dan Iran telah membangun hubungan selama 67 tahun, dan hubungan keduanya akan terus menguat, khususnya setelah Presiden Joko Widodo mengunjungi Teheran pada Desember 2016 lalu," tambahnya.
Di kesempatan yang sama, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara juga menyampaikan bahwa hubungan baik Indonesia dan Iran telah berlangsung selama puluhan dasawarsa, khususnya dalam urusan perdagangan, dan penyebaran ajaran Islam.
"Hubungan baik itu semakin menguat sejak dibentuknya ikatan bilateral pada 1950, dan kita telah menyaksikan tingginya jumlah pertukaran, dan kunjungan antarpejabat tinggi Indonesia dan Iran," kata Rudiantara dalam pidatonya.
Rudiantara menambahkan, kunjungan kenegaraan Presiden Iran Hassan Rouhani ke Indonesia pada 2015, dan kunjungan Joko Widodo ke Iran pada 2016, merupakan upaya dua negara untuk memperdalam hubungan bilateral.
"Harapannya, dua negara dapat terus bekerja sama menggali bidang baru, seraya menemukan cara mengatasi tantangan dalam perdagangan," terang Rudiantara.
Selain Rudiantara, Perayaan 39 Tahun Revolusi Islam dan Hari Nasional Republik Islam Iran turut dihadiri oleh Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Fadli Zon, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar, berikut para perwakilan diplomatik dari negara sahabat.
Baca juga: (Dubes Iran temui Menkopolhukam bahas penanganan terorisme)
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018