Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Senin mengatakan bahwa mata uang rupiah mengalami apresiasi terhadap dolar AS seiring harga minyak mentah dunia yang kembali bergerak menguat.
"Menguatnya harga minyak memberi dampak positif pada rupiah, yang merupakan salah satu mata uang berbasis komoditas," katanya.
Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Senin (12/2) begerak menguat 1,99 persen ke posisi 60,38 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude naik 1,85 persen ke level 63,95 dolar AS per barel.
(Baca juga: Harga minyak menguat meski data persediaan AS meningkat)
Di sisi lain, lanjut dia, sentimen positif dari dalam negeri mengenai neraca pembayaran Indonesia (NPI) yang membukukan surplus turut menjadi pendorong nilai tukar rupiah di pasar valas domestik.
Bank Indonesia mencatat, NPI 2017 sebesar 11,6 miliar dolar AS ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial yang meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, terutama dalam bentuk investasi langsung dan investasi portofolio, sejalan dengan membaiknya persepsi investor terhadap prospek perekonomian domestik.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa dolar AS melemah terhadap mata uang utama dunia, termasuk rupiah pada awal pekan ini (12/2), di tengah minimnya rilis data makroekonomi global.
"Pelaku pasar kembali melirik aset di negara berkembang yang dalam beberapa hari ini mengalami tekanan," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (12/2) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.609 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.643 per dolar AS.
(Baca juga: BI perkirakan neraca pembayaran 2017 surplus 10 miliar dolar AS)
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018