Tel Aviv/Gaza, (ANTARA News) - Pertempuran di Jalur Gaza pecah kembali dan menewaskan sembilan orang di kawasan pantai beberapa saat setelah berakhirnya masa tenang tiga jam yang diberlakukan Israel Rabu siang untuk mengizinkan warga Palestina menghimpun kebutuhan pokok.
Pesawat tempur Israel mulai melancarkan serangan-serangan di berbagai bagian Jalur Gaza mulai dari Beit Lahiya di bagian utara ke Rafah di bagian selatan setelah pukul 16 waktu setempat, saat berakhirnya masa tenang tiga-jam, kata media lokal seperti dilaporkan AFP dan DPA.
Seorang juru bicara militer Israel mengatakan sedikitnya 40 serangan udara dilancarkan Rabu.
Gerilyawan Palestina juga mulai lagi melancarkan serangan roket dan sedikitnya 22 telah ditembakkan dari dalam wilayah Gaza Rabu, kata pihak militer Israel. Beberapa serangan roket dilancarkan malam hari.
Selama masa tenang ribuan warga sipil terlihat berbelanja kebutuhan pokok di toko-toko. Lalu lintas di Kota Gaza juga terlihat meningkat tajam.
Sebelum masa tenang berlaku para medis mengatakan 24 orang Palestina tewas atau meninggal karena luka-luka yang diderita sebelumnya. Dari sembilan orang yang tewas itu di waktu malam, tiga orang adalah saudara perempuan dari keluarga Abed Rabbo, masing-masing berusia 6, 4 dan 2 tahun, di kamp pengungsi Jabalia.
Jumlah korban tewas warga Palestina diperkirakan melebihi 700 orang. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, setengah di antara mereka yang tewas terdiri atas wanita dan anak-anak. Lebih 3.100 orang menderita cedera.
"Tak ada lagi tempat aman di Jalur Gaza, tak ada perlindungan dari bom dan perbatasan ditutup sehingga ini satu di antara konflik-konflik langka yang warga sipil tak punya tempat untuk menyelamatkan diri," kata Maxwell Gaylord, koordinator kemanusiaan PBB di Jerusalem dalam suatu pernyataan.
PBB menyatakan bahan bakar dan gandum masih menjadi prioritas yang diperlukannya untuk dikirim ke Gaza. Israel mengizinkan sebanyak 80 truk yang membawa bantuan kemanusiaan masuk ke Jalur Gaza pada Rabu siang.
"Masa tenang tiga jam tak cukup - kami memerlukan gencatan senjata permanen," ujar Chris Gunnes, juru bicara UNRWA, badan PBB yang memberikan bantuan ke pengungsi Palestina. Dia mengatakan hanya ini yang akan memungkinkan badan itu memulai kembali pengiriman layanan makanan lain kepada lebih 750.000 pengungsi di kantung itu.
Israel mengatakan sebelumnya pihaknya menyambut baik proposal Mesir-Prancis untuk mengakhiri pertempuran yang telah berlangsung 13 hari. Sebuah pernyataan kabinet Israel mengatakan pihaknya melihat gagasan itu "positif" tapi tidak memberikan rincian.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009