Seoul (ANTARA News) - Seorang jenderal tertinggi Amerika Serikat, Senin, menyatakan optimistis mengenai proses perlucutan nuklir Korea Utara, namun mengatakan bahwa negara komunis itu masih dianggap sebagai ancaman bagi perdamaian dan stabilitas. Jendral B.B. Bell, komandan pasukan AS di Korea Selatan, mengatakan bahwa kembalinya Korea Utara ke kesepakatan bantuan untuk perlucutan nuklir yang dicapai pada Februari lalu, dalam perundingan enam negara, merupakan 'kabar baik.' Para pengawas nuklir PBB telah berkunjung ke Korea Utara pada pekan lalu, guna membahas penghentian reaktor nuklirnya, yang menjadi sumber plutonium pembuat bom. Kepala utusan nuklir AS mengemukakan dia mengharapkan penghentian reaktor itu dimulai pada pertengahan Juli. "Kami semua sangat mengharapkan bahwa kehidupan rakyat Korea Utara akan meningkat sesuai dengan kesepakatan yang mereka buat. Pada hari ini, adalah peristiwa yang bersejarah bagi rakyat Korea Utara untuk ikut ambil bagian bersama dengan negara-negara pecinta damai di seluruh dunia," kata Bell dalam pidato di depan klub wartawan setempat, sebagaimana dilaporkan AFP. "Sekali lagi, kami sangat mengharapkan." Namun demikian, jenderal ini memperingatkan bahwa Pyongyang masih dianggap sebagai ancaman, sehubungan negara tersebut mempunyai 1,2 juta tentara, dan artileri jarak jauh yang digelar di dekat perbatasannya, terutama pasukan khusus dan senjata-senjata rudalnya. Dia mengatakan kombinasi antara rudal dan nuklir Korea Utara mungkin berkemampuan sebagai 'salah satu ancaman terbesar' bagi perdamaian dunia. "Ancaman ini nyata, yang berdampak terhadap semenanjung (KOrea), kawasan dan global, dan kami tak bisa dan harus tak membiarkannya," kata Bell, yang memimpin pasukan gabungan AS-Korea, termasuk 29.500 tentara Amerika. Dikatakannya senjata-senjata rudal jarak pendek Korea Utara belum lama ini sukses dalam menjalani ujicoba 'kecanggihan dan bahan bakar'-nya, termasuk jenis-jeis rudal yang akan secara langsung menghancurkan Korea Selatan, rakyat dan tentaranya. Bell menandaskan kembali bahwa persekutuan AS-Korea Selatan yang berawal dari Perang Korea 1950-53 akan 'terus diperkuat, ... dan jika perlu ditingkatkan dan bisa mengalahkan suatu serangan secara meyakinkan.'" Berdasarkan kesepakatan Februari, Korea Utara harus menghentikan secara menyeluruh reaktor dan membersihkan seluruh program nuklirnya, termasuk rancang pengayaan uraniumnya yang selama ini dibantahnya. Sebaliknya, Pyongyang akan menerima bantuan energi yang setara dengan satu juta ton minyak mentah. Untuk menutup reaktornya di Yongbyon dan mengizinkan para pengawas Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) kembali ke negaranya, Korea Utara akan menerima bantuan 50.000 ton minyak mentah pada tahap awal. Untuk itu, Korea Selatan akan mulai mengapalkannya dalam dua pekan mendatang. (*)

Copyright © ANTARA 2007