Jakarta (ANTARA News) - Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid berusaha menumbuhkan rasa percaya diri para perempuan desa lewat aktivitas yang berbeda dari rutinitas yang biasa mereka jalani selama ini dengan menggelar Festival Toleransi Rakyat (Peace Festival 2018).
"Mereka harus belajar bahwa untuk meraih sesuatu mereka harus berani keluar dari zona nyaman," kata Yenny dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Sabtu.
Kemajuan dan soliditas mereka diharapkan dapat menciptakan iklim yang kondusif hingga perdamaian dapat dimulai dari lingkungan sendiri dan ditularkan ke lingkungan yang lebih luas.
Festival Toleransi Rakyat (Peace Festival 2018) digelar di Gandaria City, Jakarta pada Jumat (8/2). Festival ini dibuka dengan lomba peragaan busana (fashion show) kaum perempuan desa.
Yenny mengatakan suasana damai, guyub dan tentram menjadi kebutuhan semua orang baik di kota maupun di desa. Yenny juga menyampaikan bahwa ia sangat mengapresiasi UN Women yang telah mempercayai Wahid Foundation untuk bermitra dengan mereka dalam melakukan upaya-upaya riil menguatkan harkat dan martabat perempuan di tingkat akar rumput.
Sebagai salah satu juri yang pakar dalam dibidang fashion dan industri kreatif, Amy Atmanto memuji Wahid Foundation yang menggabungkan ajang lomba fesyen dengan perdamaian dan kerukunan. "Acara ini sungguh luar biasa," katanya.
Amy mengaku sangat mendukung apa yang dilakukan Wahid Foundation dalam pemberdayaan perempuan Indonesia yang kuat dan tangguh.
"Saya lihat core-nya adalah perdamaian dalam lingkup mikro ekonomi dan industri kreatif. Semangat untuk menumbuhkan industri kreatif untuk perempuan berdaya yang memberdayakan lingkungan dan untuk tujuan damai, itu sangat luar biasa," ujarnya.
Amy yakin kegiatan Wahid Foundation kian baik dari waktu ke waktu. Hasil-hasil pelatihan yayasan ini, menurut Amy, bisa dijual.
"Ke depan saya rasa orang di daerah tidak lagi dalam bayangan kita sebagai ibu-ibu yang tertinggal. Mungkin saat ini mereka beginner (pemula) tapi suatu saat mereka akan ke tahap advance (lanjut)," kata Amy.
Para juri dalam ajang unjuk busana ini adalah Amy Atmanto - Designer dan Pembina Industri Kreatif pemilik Rumah Internet Atmanto (RIAT) untuk disabilitas, Olga Lidya model dan artis , Nia Dinata - sutradara dan Ai Syarif - fashion expert Femina Group.
Setelah melalui proses penjurian yang cukup menegangkan, akhirnya para juri sepakat menetapkan para jawara. Qoriatul Azizah, asal Batu, Malang, Jawa Timur berhasil meraih juara pertama.
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018