Hal tersebut diungkapkan Kepala Seksi Pelayanan Pembibitan, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan UPTD Balai Pembibitan dan Pengembangan Inseminasi Buatan Ternak Sapi Bunikasih, drh Andy Hariswan pada wartawan Jumat.
"Penyebab matinya 22 ekor sapi milik Dinas Peternakan Provinsi Jabar itu, karena ditemukan racun dalam pakan rumput dengan dosis yang cukup besar, berdasarkan hasil laboratorium patologi hewan Institut Pertanian Bogor," katanya.
Dia menjelaskan, tim laboratorium menemukan racun dosis tinggi di dalam lambung hewan, sehingga menyebabkan kematian terhadap puluhan sapi bukan karena penyakit menular. Pihaknya telah melaporkan hal tersebut ke pihak berwajib.
Sedangkan untuk meyakinkan adanya racun dalam pakan rumput yang dimakan ternak yang mati, balai akan melakukan pemeriksaan atau uji sampel pembanding di laboratorium di Subang sebagai pembanding.
Bahkan pihaknya juga telah melakukan pemeriksaan terhadap sampel air yang diberikan untuk puluhan sapi perah sebelum ditemukan mati dan tidak ditemukan racun di dalamnya. Sehingga pihaknya menerapkan prosedur penanganan wabah penyakit menular selama satu bulan kedepan.
Kanit Reskrim Polsek Warungkondang, Ipda Wandi Kuswandi SH mengatakan, pihaknya masih melakukan penyelidikan terkait matinya puluhan ekor hewan ternak milik dinas propinsi itu.
"Kami akan mengembangkan kasus tersebut dan sudah meminta keterangan saksi-saksi. Proses penyelidikan akan terus dilakukan," katanya.
Seperti diberitakan, Dua puluh dua sapi milik Dinas Ketahanan Pangan Peternakan Provinsi Jawa Barat di Kecamatan Gekbrong, Cianjur, mati mendadak, dan sejauh ini belum diketahui penyebabnya, Rabu (17/1).
Petugas Inseminator Dinas Ketahanan Pangan Peternakan Rusli Subhan pada wartawan mengatakan, selama 18 tahun bertugas di peternakan tersebut, baru kali ini ada sapi mati hingga puluhan ekor secara mendadak.
Pewarta: Ahmad Fikri
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018