Seoul (ANTARA News) - Atlet Korea Utara yang mengikuti Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang menolak menerima telepon pintar yang ditawarkan dengan syarat dikembalikan lagi setelah Olimpiade menurut siaran media massa pada Jumat.
Komite Olimpiade Internasional (International Olympic Committe/IOC) menyediakan perangkat Galaxy Note 8 dari sponsor Olimpiade, Samsung, untuk semua atlet dan ofisial di Olimpiade, lengkap dengan informasi logistik dan kompetisi penting.
Penyelenggara awalnya mengatakan bahwa Korea Utara dan Iran akan dilarang menggunakan perangkat itu karena sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap negara mereka.
IOC kemudian menyatakan bahwa perangkat itu akan disediakan selama Olimpiade, tetapi perwakilan kedua negara itu akan diminta untuk mengembalikannya setelah turnamen, dan tidak membawanya. Tidak dijelaskan bagaimana IOC akan memastikan kepatuhan terhadap tuntutan tersebut.
Namun kantor berita Yonhap mewartakan bahwa atlet Korea Utara di Olimpiade menolak telepon seluler tersebut. Tidak ada laporan spesifik mengenai alasan penolakan itu.
Juru bicara IOC tidak bisa mengonfirmasi laporan mengenai penolakan telepon Olimpiade ketika dihubungi oleh AFP.
Larangan terhadap atlet Iran telah memicu kemarahan di Teheran, dan otoritas menyalahkan produsen karena situasi tersebut.
IOC kemudian menyatakan: "Mengenai Iran, kami bisa mengonfirmasi bahwa semua peserta akan diperbolehkan membawa telepon."
"Mengenai Korea Utara, semua peserta diminta tidak membawa pulang telepon ke negara mereka namun hanya menggunakannya selama mereka berada di Pyeongchang" menurut IOC.
Pyongyang telah mengirim 22 atlet ke Olimpiade, bersama dengan beberapa pejabat.
Galaxy Note 8 yang disediakan untuk peserta dan ofisial Olimpiade harganya sekitar 1.000.000 won Korea Selatan (920 dolar AS) dan bisa menjadi pelanggaran terhadap kebijakan PBB melarang suplai barang mewah bagi Korea Utara.
Seorang juru bicara Samsung menekankan bahwa raksasa elektronik itu tidak tahu menahu mengenai pembagian telepon dan semua keputusannya ada di tangan IOC, demikian menurut siaran AFP. (kn)
Pewarta: -
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018