Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere, di Jakarta, mengatakan bahwa kenaikan suku bunga acuan The Fed yang diperkirakan terjadi pada Maret 2018 memberikan sentimen negatif bagi rupiah hingga menembus level Rp13.600 per dolar AS.
"Perbaikan data ekonomi makro Amerika Serikat, khususnya data ketenagakerjaan yang disusul kenaikan ekspektasi inflasi dan juga imbal hasil obligasi pemerintah AS menekan mata uang negara berkembang," katanya.
Sentimen dari Amerika Serikat, lanjut dia, juga mengubah ekspektasi pasar terhadap peluang kenaikan suku bunga The Fed menjadi sebanyak tiga hingga empat kali pada 2018 ini dari sebelumnya hanya dua hingga tiga kali.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang menembus level Rp13.600 per dolar AS dinilai masih tergolong dalam dinamika normal, menyusul antisipasi pasar dalam melakukan penyesuaian menghadapi kenaikan suku bunga The Fed yang diperkirakan terjadi Maret 2018.
"Diharapkan, sentimen dari dalam negeri yang cenderung masih positif dapat menahan tekanan nilai tukar rupiah lebih dalam," katanya pula.
Ia menambahkan bahwa Bank Indonesia juga diharapkan melakukan penjagaan agar mata uang rupiah tidak tertekan lebih dalam, sehingga tidak menambah kekhawatiran pelaku pasar keuangan di dalam negeri.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018