Dhaka, Bangladesh (ANTARA News) - Kekerasan berkobar di ibu kota negara, Dhaka, dan berbagai wilayah lainnya di Bangladesh pada Kamis sementara mantan Perdana Menteri Bangladesh, Khaleda Zia, dinyatakan bersalah melakukan korupsi dan dijatuhi hukuman penjara selama lima tahun.
Vandalisme, ledakan bom dan penangkapan terhadap puluhan sosok oposisi juga dilaporkan terjadi di Dhaka dan daerah-daerah lainnya sejak Kamis pagi.
Di Dhaka, beberapa kendaraan dihancurkan atau dibakar.
Di tengah pengamanan ketat pada Kamis sore, Hakim MD Akhtaruzzaman pada Pengadilan Khusus-5 di Dhaka menyampaikan putusan setebal 632 halaman terhadap Zia, sang politisi berusia 72 tahun.
Zia saat ini merupakan ketua oposisi Partai Nasionalis Bangladesh.
Menurut putusan hakim, Zia terbukti memindahkan ke rekening pribadinya dana sebesar 21 juta taka (sekitar Rp3,4 miliar) dari "Yayasan Yatim Piatu Zia."
Tak lama setelah putusan dibacakan, Zia dibawa ke penjara di Dhaka.
Dalam kasus yang dilihat penting secara politik menjelang pemilihan parlemen pada awal 2019 itu, pengadilan juga menjatuhkan hukuman 10 tahun penjara kepada lima orang lainnya, termasuk putra Zia yang bernama Tarique Rahman, dengan masing-masing terdakwa dikenai denda sebesar 21 juta taka.
Hakim memvonis Zia dengan hukuman penjara lima tahun dan mengatakan bahwa masa hukuman itu dikurangi mengingat "kondisi kesehatan dan status sosialnya."
Vonis itu membuat marah banyak anggota BNP, yang beberapa di antaranya mulai menangis dalam persidangan.
Sejumlah kekerasan, intimidasi dan bentrokan antara para pendukung BNP dan petugas penegak hukuman dilaporkan terjadi berbagai wilayah di Bangladesh.
Sekretaris Jenderal BNP Mirza Fakhrul Islam Alamgir menuduh bahwa motif utama putusan hakim itu adalah untuk menjauhkan Zia dari pemilihan yang akan datang.
Menteri Kehakiman Bangladesh, Anisul Haq, mengatakan kepada para wartawan, Zia bisa mengajukan banding ke Mahkamah Agung atas vonis tersebut.
Ia mengatakan pengadilan tertinggi itu akan memutuskan apakah Zia bisa mengikuti pemilihan nasional nanti, yang dijadwalkan berlangsung awal tahun depan.
Menjelang pembacaan vonis, Zia pada Rabu kembali menyatakan tidak bersalah.
Ia mengatakan permusuhan politik merupakan penyebab kemunculan kasus-kasus yang dituduhan terhadapnya dan putranya.
Zia muncul sebagai wakil ketua BNP pada 1981 setelah suaminya serta mantan presiden Ziaur Rahman terbunuh.
Iakemudian menjabat sebagai ketua partai tersebut pada 1984 hingga kini.
Menjelang pembacaan vonis pada Kamis, ribuan pendukungnya turun ke jalan di ibu kota.
Kepolisian di Dhaka menembakkan peluru karet dan gas air mata untuk membubarkan massa yang bergabung dengan iring-iringan yang membawa Zia ke pengadilan pada Kamis pagi.
Kepolisian Bangladesh telah memberlakukan larangan sementara bagi warga untuk berkumpul, melakukan arak-arakan serta pawai di ibu kota mulai Minggu petang.
Partai asal Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina, Liga Awami (AL), yang muncul ke kekuasaan setelah menyapu kemenangan dalam pemilu pada awal 2009 dan memenangi pemilihan untuk periode kedua pada 2014, sekarang mengincar kemenangan berturut-turut untuk ketiga kalinya.
AL menghadapi tantangan dari partai pimpinan Zia, BNP, yang memboikot pemilihan 2014.
Pewarta: Tia Mutiasari
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018