Aset-aset yang tersebar di seluruh Indonesia itu akan dipakai untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat di daerah terpencil, terdepan dan tertinggal yang selama ini belum menikmati listrik sama sekali, kata Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Rida Mulyana di Kota Makassar, Kamis.
"Mereka belum ada listrik dari PLN sama sekali. Bahkan mungkin lima hingga 10 tahun ke depan juga belum ada listrik PLN," kata Rida saat menyerahkan puluhan pembangkit listrik kepada 30 pemerintah kabupaten yang dipusatkan di Kota Makassar, Sulsel.
Pembangkit listrik yang diserahkan adalah tujuh unit pembangkit listrik mikro hidro, 45 unit pembangkit listrik tenaga surya, satu pembangkit listrik hibrid dan satu perbaikan pembangkit listrik tenaga surya dan satu pembangkit listrik biomassa (berbahan bakar limbah sawit).
Selain itu, Rida Mulyana juga menyerahkan 474 unit lampu penerangan jalan umum bertenaga surya, 125 unit lampu hemat energi dan 44 unit sumur bor yang dikerjakan Badan Geologi.
Jumlah total barang yang serahkan sebanyak 698 unit senilai Rp359,98 miliar yang merupakan pengadaan tahun 2014 sampai 2017.
Saat menyerahkan aset-aset yang diterima para kepala daerah, Rida Mulyana mengatakan aset itu bukan hanya dibangun, tapi harus dimanfaatkan oleh masyarakat di daerah yang selama ini belum memiliki aliran listrik.
"Yang paling penting bukan bagaimana kami bangun tapi pemanfaatkan di tangan daerah. Pemeliharaan itu sangat penting. Ini tugas dari pemda untuk melanggengkan manfaatkan aset. Ini yang kita inginkan," ucapnya.
Ia mengatakan aset termasuk pembangkit yang diserahkan ke pemerintah daerah bukan barang yang murah dengan menggunakan uang dari rakyat.
" Uangnya hampir Rp300 miliar. Ini uang masyarakat dan akan dikembalikan ke rakyat. Uang dari rakyat akan dikembalikan ke rakyat," katanya, menegaskan.
Rida juga menyebutkan sejumlah lokasi di Tanah Air yang belum dapat listrik PLN sehingga dialokasikan pembangkit listrik tenaga surya. Dia menyebut ada pembangkit listrik tenaga surya yang dibangun di atas air laut di salah satu pulau di Sulawesi Tenggara sehingga sebanyak 96 kepala keluarga dapat menikmati listrik.
"Daerah ini sangat terisolir dan mungkin sampai 10 tahun lagi belum tentu masuk PLN," katanya.
Di tengah perkebunan di Rokan Hulu, Riau, sekitar dua ribu kepala keluarga bisa menikmati listrik berbahan bakar limbah cair sawit yang dihasilkan oleh pabrik sawit, ungkapnya.
"Limbah padat sawit untuk listrik pabrik sendiri, limbah cair untuk listrik warga. Mereka kelola sendiri dan menarik iuran bulan sehingga manfaat bisa jangka panjang," tuturnya.
Dia berharap aset yang diserahkan itu dapat beroperasi dengan baik untuk waktu lama memenuhi kebutuhan energi dan air bagi masyarakat.
Keberlangsungan aset sangat dibutuhkan partisipasi aktif masyarakat selaku penerima manfaat dan pemda selalu penanggung jawab aset, katanya.
Untuk pemeliharaan aset, dia minta pemda untuk membantuk satuan kerja untuk mengelola pembangkit listrik itu untuk menjamin manfaat jangka panjang.
"Pembangkit kan butuh biaya pemeliharaan. Ada honor bagi operator. Ada kabel yang butuh dibeli jika rusak dan biaya lain. Ini kan butuh biaya maka kepala daerah harus merawatnya," tukasnya.
Pewarta: Santoso
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018