Malang (ANTARA News) - Pusat Studi Agama dan Multikulturalisme (Pusam) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menghadirkan tiga pakar dari dalam dan luar negeri untuk mengupas Alquran dalam konteks sejarahnya.

Ketiga pakar tersebut dihadirkan dalam agenda The Heritage Seminar bertajuk "The Origins of Islam and the Context of Quran" yang digelar di ruang sidang senat UMM di Malang, Jawa Timur, Rabu.

Tiga pakar yang dihadirkan itu adalah mahasiswa S3 Pendidikan Agama Islam UMM serta direktur Equal Access International, Robert Pope, dosen dari Notre Dame University, USA Prof Mun'im Sirry, serta pengajar bidang Biblika di Seminari Al Kitab Asia Tenggara, Malang, Ferry Y. Mamahit.

Dalam seminar tersebut, tidak hanya mengupas dan membahas Alquran dalam konteks sejarahnya saja, tetapi juga menganalisa pemikiran para revisionis serta teori Hermeneutika dan aplikasi dalam Alquran dengan harapan kaum muslim tidak asal melakukan syariat Islam, namun juga dapat mengerti dasar dari apa yang dikerjakan.

Dalam pengantarnya pada seminar tersebut, Robert Pope mengulas desertasinya yang berjudul "Menemukan Kembali Islam Inklusif: sebuah Riset Naratif terhadap Usman Ibrahim".

Menurut dia, sebenarnya setiap agama seperti kotak-kotak yang memiliki aturan dan kepercayaan sendiri. Namun, uniknya kotak-kotak tersebut saling terkoneksi satu sama lain. "Ada yang bilang pada zaman Nabi Muhammad agama Islam diaplikasikan dengan sangat eksklusif padahal tidak demikian," ujar mahasiswa asal Australia ini.

Sementara itu, Prof Mun'im Sirry menjelaskan terkait Al Quran dalam konteks sejarahnya. Menurutnya, umat Islam harus menyadari bahwa pada mulanya agama Islam mengalami proses yang sangat panjang hingga seperti sekarang ini. "Hal inilah yang disebut `Memanusiakan Agama`," tuturnya.

Sebenarnya, kata dia, tidak hanya Islam, semua agama terbentuk menjadi sebuah institusi agama juga jauh setelah para founding fathers-nya meninggal dunia.

Sedangkan pemateri ketiga pengajar bidang Biblika di Seminari Al Kitab Asia Tenggara, Malang Ferry Y Mamahit menerangkan tentang teks dalam kitab suci.

Secara umum, lanjutnya, teks berfungsi sebagai sebuah dokumen atau tulisan yang di dalamnya dapat melestarikan sebuah pesan, karena di dalam teks sendiri terdapat konsep, gagasan, ideologi, teologi, dan informasi baik itu informasi sejarah, budaya, maupun sosial," katanya.

"Meski hanya sebagai dokumen, katanya, kitab suci ini bersifat sakral karena di dalam tradisi agama abrahamic (Islam, Yahudi, dan Kristen), teks ini bersumber dari Allah atau Yahve dalam bahasa Ibrani," ujarnya.


Dokumentasi--Kitab suci Alquran yang ditulis dengan tangan tersimpan di museum, Kendari, Sulawesi Tenggara, Jumat (2/6/2017). Alquran ini pernah digunakan di masjid tua di Kabupaten Muna, Kecamatan Tongkuno pada abad XVII Masehi. (ANTARA FOTO/Jojon)

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018