Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati akan terus memantau perkembangan bursa saham dunia yang mengalami perlemahan, pada penutupan Selasa, yang dipicu potensi membaiknya kondisi perekonomian di Amerika Serikat.
"Kita terus memantau perkembangan dari bursa-bursa di luar negeri, yang di-`trigger` oleh perkembangan yang ada di AS. Tentu berbagai macam sentimen muncul, menular kepada bursa-bursa di kawasan Eropa dan Asia," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Selasa.
Sri Mulyani mengatakan pemerintah dalam menghadapi kondisi perlemahan pasar modal ini akan memperkuat koordinasi dengan otoritas moneter untuk menjaga stabilitas perekonomian Indonesia.
"Kita juga akan bekerja sama dengan OJK dan LPS untuk menjaga terus terutama sektor keuangan," tambah mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.
Selain itu, berbagai upaya untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi 2017 yang tercatat mencapai 5,07 persen akan terus dilakukan terutama pada sektor investasi maupun ekspor yang telah tumbuh positif.
"Kita akan menjaga mesin pertumbuhan dari investasi agar bisa tumbuh lebih tinggi lagi sehingga diharapkan bisa di atas tujuh persen tumbuhnya. Ekspor juga tetap terjaga di atas delapan persen," ujar Sri Mulyani.
Ia menambahkan pemerintah maupun otoritas moneter akan memberikan keyakinan kepada sektor swasta agar bisa berkontribusi terhadap pertumbuhan dengan menjaga fundamental ekonomi makro.
"Dari sisi moneter yaitu inflasi dan nilai tukar bisa memberikan keyakinan bahwa perekonomian Indonesia memiliki cukup fleksibilitas sehingga kita bisa menjaga stabilitas pada saat kita fokus meningkatkan pertumbuhan ekonomi," ungkap Sri Mulyani.
Sejumlah bursa saham dunia tercatat mengalami perlemahan dan ditutup lebih rendah sebagai reaksi para pelaku pasar terhadap perbaikan data perekonomian di Amerika Serikat.
Tidak hanya itu, kondisi ini menyebabkan terjadinya depresiasi sejumlah mata uang global terhadap dolar AS, termasuk rupiah yang bergerak melemah hingga ditutup pada Rp13.560 pada Selasa sore.
Secara keseluruhan, perbaikan data perekonomian Amerika Serikat khususnya data ketenagakerjaan telah menyebabkan kenaikan ekspektasi inflasi, naiknya imbal hasil obligasi Amerika Serikat, dan pelemahan di pasar saham.
Meski demikian, kondisi ini diperkirakan hanya bersifat jangka pendek, karena tidak ada perubahan signifikan yang bisa mengganggu fundamental ekonomi makro secara global.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa sore ditutup melemah 111,13 poin atau 1,68 persen menjadi 6.478,54.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018