Direktur Utama PT. Bank Mandiri Persero Tbk Kartika Wirjoatmodojo mengatakan target laba tersebut akan sangat bergantung dari marjin pendapatan baik non-bunga maupun bunga, serta proses pemulihan pertumbuhan ekonomi domestik.
"Kami lihat 10-20 persen, laba tahun ini tumbuh," ujar dia.
Di 2017, laba Mandiri melejit 49,5 persen (yoy) menjadi Rp20,6 triliun. Hal itu karena membaiknya kualitas aset, terindikasi dari menurunnya rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) ke 3,4 persen dan juga meningkatnya pendapatan berbasis komisi Mandiri.
Tiko, sapaan akrab Kartika, melihat, rasio biaya kredit (cost of credit) Mandiri tahun ini tidak akan turun signifikan. Dia memprediksi "cost of credit" hanya akan turun dari 2,3 persen ke 2 persen. Oleh karena itu, pertumbuhan laba juga tidak akan setajam pada 2017.
"Kita lebih normal lagi tahun ini di 10-20 persen," ujar dia.
Selain itu, Tiko juga memperkirakan NPL akan dapat ditekan ke 2,8 persen (gross) pada tahun ini. Sehingga biaya pencadangan Mandiri dapat dikurangi dan menambah pundi-pundi pendapatan.
Tiko menjelaskan sumbangan laba Mandiri di 2018, kata Tiko, akan berasal dari masih menggeliatnya pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) dan juga pendapatan komisi.
Dia memprediksi NII Mandiri tumbuh 5-6 persen (yoy) dibanding 2017 yang hanya tumbuh 0,6 persen. Begitu juga dengan pendapatan komisi yang diprediksi akan tumbuh melebihi pencapaian 2017 yang sebesar 16 persen.
Secara keseluruhan, Mandiri memproyeksikan pertumbuhan kredit di 2018 sebesar 10-12 persen (yoy).
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018