Markas PBB (ANTARA News) - Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB), Kamis, memberikan dukungan kuat kepada Perdana Menteri (PM) Somalia, Ali Mohamed Gedi, namun sangat berhati-hati dalam menyetujui penempatan pasukan perdamaian PBB di negara yang dikoyak perang itu, kata seorang diplomat barat. "Dia menerima dukungan kuat dari dewan. Namun, dewan lebih berhati-hati dalam keputusan apakah PBB harus mengambil alih pasukan perdamaian dari pasukan Uni Afrika (UA) di Somalia," kata seorang diplomat PBB yang enggan disebut jati dirinya kepada AFP. Berbicara di hadapan perwakilan 15 negara anggota secara tertutup Kamis pagi, Gedi mengatakan bahwa negaranya saat ini berada pada titik kritis di persimpangan jalan. "Ini adalah saat yang tepat bagi Dewan Keamanan untuk memberikan bantuan dalam upaya mempertahankan perdamaian dan keamanan (di Somalia)," kata dia. Dia menyeru untuk mencabut embargo senjata terhadap "pemerintahannya ...secepat mungkin." "Pasukan teroris masih besar dan akan melanjutkan upaya untuk menjadi sumber kekacauan dan frustasi," kata Gedi kepada anggota dewan. Aksi kekerasan yang meningkat di Mogadishu, ibukota Somalia dimana para pejuang Islam melancarkan serangan hampir setiap hari kepada petugas pemerintah, pasukan Ethiopia mendukung mereka dan pasukan perdamaian Uni Afrika mencoba untuk menghentikan pertempuran. Pemerintah Somalia telah bereaksi dengan menahan pemimpin dari kelompok oposisi dalam upaya untuk memaksa mereka mendukung pihak berwenang. Gedi berhasil lolos dari sebuah bom mobil bunuh diri di Mogadishu, dimana enam pengawalnya tewas awal bulan ini. Itu adalah percobaan pembunuhan ke empat bagi Gedi dalam tahun ini. Namun, Gedi mengatakan bahwa pemerintahannya masih berkomitmen untuk menghadiri konferensi rekonsiliasi nasional yang didukung PBB dan telah tertunda tiga kali pada 15 Juli. Konferensi itu sebenarnya dijadwalkan dibuka pada 16 April namun ditunda karena alasan keamanan dan kurangnya dana. Uganda telah menempatkan sedikitnya 1.500 prajurit di Mogadishu, dengan sebuah pasukan di barisan depan sekitar 8.000 prajurit, pasukan perdamaian Uni Afrika mencoba membantu pemerintah Somalia yang lemah untuk mengatasi gejolak. Somalia telah berjalan tanpa pemerintah yang efektif sejak penggulingan diktator Mohamed Siad Barre pada 1991, yang memicu terjadinya pertumpahan darah dalam upaya mengembalikan stabilitas. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007