Surabaya (ANTARA News) - Budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) yang menjadi mediator pertemuan antara perwakilan korban lumpur dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Minggu (24/6), menyatakan tak ingin disebut sebagai pahlawan. Pada pengajian bulanan "Bangbang Wetan" di Balai Pemuda, Surabaya, Kamis (28/6) hingga tengah malam, suami dari penyanyi Novia Kolopaking itu mengemukakan dirinya hanya berupaya, agar para korban memperoleh hak-haknya sesuai dengan keinginan mereka. "Karena itu, ketika saya diberi mandat oleh perwakilan warga untuk ikut membantu masalah ini, saya tanya apakah boleh saya bertemu dengan Lapindo? Saya tidak berada di mana dan untuk membela siapa-siapa," kata pria kelahiran Jombang, Jawa Timur (Jatim) itu. Penyair yang pernah mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo, Jatim, dan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta itu mengemukakan, dirinya juga tidak sedang memihak korban yang menginginkan ganti rugi "cash and carry" 20 persen. "Saya minta pemerintah juga memperhatikan korban yang enam persen, yang minta ganti rugi 100 persen atau yang minta relokasi. Kalau saya ini ibaratnya hanya diminta mengantar ke presiden, ya saya antar," katanya. Pimpinan kelompok musik Kiai Kanjeng itu mengibaratkan kapasitas dirinya ketika mengantar warga ke Presiden sama dengan jika ada seorang pemuda ingin menikah dengan perempuan penghuni lokalisasi Dolly di Surabaya. "Kalau Anda minta diantar menikah di Dolly, ya saya antar. Tapi, kalau Anda bertanya apakah saya setuju atau tidak dengan pernikahan itu, ya saya tidak tahu. Terserah yang mau kawin. Demikian juga dengan masalah korban lumpur ini," katanya. Lelaki yang penampilannya selalu dipenuhi ungkapan-ungkapan lucu itu mengaku, tidak peduli apakah keterlibatan dirinya dalam menangani korban lumpur itu akan mendapatkan kepercayaan atau sebaliknya. "Saya ini tidak butuh dipercaya oleh orang. Saya hanya takut kepada Allah," kata lelaki yang kini lebih banyak bermukim di Yogyakarta itu. (*)
Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007