Kota Gaza, Palestina (ANTARA News) - Puluhan anak Palestina berdemonstrasi di Kota Gaza pada Minggu (4/2) untuk menyerukan campur-tangan internasional guna mengakhiri krisis ekonomi yang bertambah parah di daerah kantung Palestina yang dikepung Israel itu.
Sebagai bagian dari kegiatan yang diluncurkan oleh Koalisi Badan Amal Palestina di Jalur Gaza dengan tema "Selamatkan Gaza", anak-anak Palestina mengibarkan spanduk yang mengutuk pengepungan Israel. Mereka mendesak Israel membuka tempat penyeberangan Jalur Gaza dan menyerukan akses lebih besar ke air minum yang aman, listrik dan perawatan kesehatan yang layak.
Nazih Al-Banna, Direktur Kegiatan itu, mengatakan kepada Xinhua, kegiatan tersebut "dilancarkan sehubungan dengan penderitaan akibat pengepungan Israel, yang telah menambah parah kondisi sektor kemanusiaan".
Jalur Gaza, tempat tinggal lebih dari dua juta orang Palestina, menghadapi kekurangan parah layanan dasar akibat pemadaman listrik hampir seharian dan polusi air minum.
Kemerosotan ekonomi diperparah oleh perpecahan internal yang berlangsung antara Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) --yang menguasai Jalur Gaza sejak 2007, dan Pemerintah Palestina, yang berpusat di Kota Ramallah, Tepi Barat Sungai Jordan.
Sejumlah pegawai perusahaan kebersihan di Jalur Gaza baru-baru ini mengumumkan rencana untuk menggelar protes satu jam sehari, sebab mereka belum menerima gaji selama empat bulan.
Mereka menyeru Pemerintah Palestina agar memenuhi janjinya. Ada sebanyak 800 pekerja kebersihan di berbagai rumah sakit di Jalur Gaza.
"Saya tak bisa memenuhi keperluan dasar keluarga saya, dengan delapan anggota, karena gaji yang belum dibayarkan selama berbulan-bulan belakangan," kata Anam at-Taweel, seorang pekerja kebersihan di Jalur Gaza, kepada Xinhua.
Sementara itu, tiga rumah sakit dan 10 pusat medis telah menghentikan layanan akibat kekurangan parah bahan bakar di Jalur Gaza, kata Kementerian Kesehatan Palestina.
Rumah sakit di Jalur Gaza memerlukan 450.000 liter bahan bakar per bulan untuk mengoperasikan generator pembangkit listrik mereka.
Ashraf Al-Qedra, Juru Bicara bagi Kementerian Kesehatan Palestina, mengkonfirmasi kepada Xinhua bahwa rumah sakit itu telah menghentikan semua pengobatan dan pasien dipindahkan ke instalasi kesehatan lain di daerah kantung tersebut.
"Empat-puluh-lima persen obat dasar dan pasokan medis habis di instalasi kementerian itu dan 58 persen pasokan laboratorium serta bank dasar telah habis," tambah Al-Qedra.
Juru Bicara tersebut memperingatkan mengenai konsekuensi besar kesehatan akibat krisis bahan bakar terhadap pasien di Jalur Gaza.
Jalur Gaza menyatakan sebanyak 13 rumah sakit yang dikelola Kementerian Kesehatan dan 54 pusat perawatan kesehatan dasar dan menanggung tak kurang dari 95 persen layanan kesehatan di daerah kantung itu.
Saat ini, Israel menyediakan buat Jalur Gaza 120 megawatts listrik sementara Mesir menyediakan 43 megawatts.
(Uu.C003)
Pewarta: Chaidar A
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018