Massa dari kalangan sopir angkot dan pengurus Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kabupaten Garut itu berkumpul di beberapa titik seperti kawasan Simpang Lima, Kerkof kemudian aksi digelar di Alun-alun Garut.
Mereka sepakat tidak beroperasi melayani mobilisasi masyarakat selama aksi menyampaikan berbagai penolakan transportasi daring berlangsung.
Akibat aksi tersebut, sejumlah warga yang biasa naik angkot terpaksa berjalan kaki ke tempat yang dituju.
Ada juga warga yang memilih tidak pergi bekerja karena tidak ada angkutan umum untuk menuju kantornya.
"Saya tadi tidak pergi kerja ke kantor karena ada kabar hari ini tidak akan ada angkot," kata Kusuma warga Tarogong Kaler.
Ia berharap, aksi mogok angkot tidak terjadi kembali karena menghambat aktivitas warga, terutama anak-anak yang mau pergi maupun pulang sekolah.
Menurut dia, angkot masih banyak diminati masyarakat, sehingga tidak perlu khawatir akan disaingi oleh transportasi daring.
"Sebenarnya tergantung kebutuhan, masyarakat ada yang memilih angkot, ada juga yang memilih Gojek," katanya.
Ketua Organda Garut, Dayun Ridwan menyampaikan penolakannya terhadap transportasi daring itu karena dianggap merugikan sopir dan pelaku usaha transportasi konvensional.
Menurut dia, transportasi daring telah melanggar Peraturan Menteri Perhubungan tentang angkutan darat.
"Aksi ini dinamis dan akan dilakukan sampai online tidak beroperasi, jika online dapat memenuhi syarat, maka kami menerima mereka dan tidak akan mengganggu," katanya.
Pewarta: Feri Purnama
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018