Semarang (ANTARA News) - Ketua Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Tjahjo Kumolo, menyayangkan munculnya sekelompok penari yang membentangkan spanduk dukungan terhadap Republik Maluku Selatan (RMS) di depan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, karena aparat intelijen seharusnya peka dan waspada.
"Hal ini membuktikan aparat keamanan dan intelijen, khususnya di Ambon tidak bekerja dengan baik, bersikap masa bodoh, tidak cermat dan tidak ada seleksi ketat sebelum acara dilaksanakan," kata politisi senior itu, ketika dihubungi dari Semarang, Jumat, menanggapi kejadian munculnya penari pendukung RMS di depan Presiden saat menghadiri Hari Keluarga Nasional (Harganas) di Ambon, Maluku.
Menurut dia, peristiwa tersebut juga menunjukkan tidak adanya kepekaan aparat intelijen dan tidak sinkronnya koordinasi di antara pusat dengan daerah.
Demikian juga dengan tim Pasukan Pengawal Presiden (Paspamres), dinilainya, sebagai tim awal yang datang ke Ambon juga tidak kerja secara teliti dan cermat, sehingga muncul insiden tersebut, maka wajar jika Presiden Yudhoyono marah karena merasa dilecehkan.
Atas insiden itu, kata Tjahjo, Presiden Yudhoyono sebagai Kepala Negara sudah sewajarnya melakukan tindakan tegas terhadap Komandan Paspamres, Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Maluku, dan Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) Patimura yang membawahi wilayah Ambon, termasuk memberhentikan mereka dari tugas dan tanggungjawabnya pada posisinya masing-masing.
"Hal ini menyangkut tanggung jawab, dan ini masalah prinsip, jadi jangan nantinya tanggung jawab kesalahan dibebankan kepada anak buah," katanya.
Insiden tersebut dinilai oleh Tjahjo, sebagai kesalahan serius, dan bukan sekadar kelalaian atau kecelakaan, jadi wajar jika Presiden Yudhoyono "marah besar", serta peristiwa semacam itu tidak boleh terulang lagi di masa yang akan datang. (*)
Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007