... ini akan memberikan peluang bagi industri MRO di Asia Pasifik termasuk di Indonesia...Jakarta (ANTARA News) - Potensi bisnis industri pemeliharaan-perawatan pesawat terbang (maintenance, repair and overhaul/MRO) di Indonesia pada 2025 akan mencapai 2,2 miliar dolar Amerika Serikat, naik signifikan dibanding 2016 sebesar 970 juta dolar Amerika Serikat.
Demikian disampaikan Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian, Harjanto.
Hal ini seiring upaya pemerintah yang memacu pengembangan industri jasa penerbangan dalam negeri sejak tahun 2000 sehingga kinerjanya tumbuh dalam satu dekade terakhir.
“Industri MRO kita semakin kompetitif. Saat ini sudah mampu menyediakan berbagai jasa perawatan pesawat, antara lain airframe, instrumen, mesin, radio, perlengkapan kedaruratan, dan line maintenance,” paparnya.
Harjanto menyebutkan, pada 2016, maskapai dunia mengeluarkan dana sebesar 72,81 miliar dollar Amerika Serikat untuk pemeliharaan-perawatan pesawat terbang.
Dari nilai itu, Amerika Utara menjadi penyumbang terbesar yang mencapai 21,2 miliar dollar Amerika Serikat, diikuti Eropa sekitar 20,7 miliar dollar Amerika Serikat dan Asia Pasifik 13,3 miliar dollar Amerika Serikat.
“Pada 2025, pasar perawatan pesawat di dunia diperkirakan terus meningkat dengan pertumbuhan 3,9 persen sehingga menjadi 106,54 miliar dollar AS. Asia Pasifik akan mengalami pertumbuhan terbesar, yakni 5,8 persen dibanding Amerika Utara 0,9 persen dan Eropa 2,35 persen,” katanya.
Sementara itu, menurut Harjanto, perusahaan MRO di Eropa dan Amerika Utara mulai fokus menggarap industri berteknologi tinggi dan padat modal.
Sedangkan untuk jasa perawatan pesawat yang tergolong padat karya, bakal diserahkan kepada pihak lain.
“Kondisi ini akan memberikan peluang bagi industri MRO di Asia Pasifik termasuk di Indonesia,” ungkapnya.
Peluang bisnis ini, perlu ditangkap oleh industri MRO nasional yang saat ini jumlahnya mencapai 32 perusahaan, yang tergabung dalam Indonesia Aircraft Maintenance Service Association (IAMSA).
Untuk itu, Kemenperin bersama seluruh pemangku kepentingan terkait terus berkolaborasi guna lebih meningkatkan daya saing industri MRO nasional.
Adapun langkah strategis yang perlu dilakukan dalam menunjang hal tersebut, di antaranya adalah pengembangan sumber daya manusia industri, pembangunan kawasan industri terpadu, pemenuhan standar kualitas, dan penguatan industri komponen pesawat.
“Kami akan melakukan pembicaraan yang lebih intens bersama produsen pesawat, terutama Airbus dan Boeing agar dapat mendirikan Aircraft Engineering Center di Indonesia,” ujar Harjanto.
Berbeda dengan penyiapan SDM pengawak pesawat terbang, untuk menyiapkan SDM di bidang pemeliharaan-perawatan pesawat terbang memerlukan waktu lebih panjang yang penuh dengan regulasi.
Pewarta: Sella Gareta
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018