Makassar (ANTARA News) - Larangan terbang bagi maskapai penerbangan Republik Indonesia (RI) ke Eropa yang diputuskan Komisi Uni Eropa (UE) menjadi pukulan berat bagi perkembangan pariwisata nasional karena kawasan Eropa adalah pasar tradisional wisata Indonesia yang sangat potensial. "Langkah yang diambil Komisi UE mengeluarkan larangan terbang bagi maskapai Indonesia ke kawasan itu sungguh sangat keterlaluan karena dampaknya bagi kunjungan wisatawan Eropa ke Indonesia akan sangat luar biasa," kata Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sulawesi Selatan, H. Andi Ilhamsyah Mattalatta, menjawab ANTARA News di Makassar, Jumat. Ia menilai, larangan itu sangat berlebihan karena UE menganggap bahwa Indonesia sangat tidak aman, termasuk keamanan penerbangannya, sehingga berdampak sangat besar terhadap kunjungan turis ke Indonesia. "Sedangkan, keputusan Garuda menghentikan penerbangan ke Frankfurt (Jerman) tahu lalu sudah punya dampak besar yang menerpa wajah pariwisata nasional apalagi larangan terhadap 51 maskapai dari Indonesia terbang ke negara-negara UE," kata Ilhamsyah, menanggapi keputusan Komisi UE tersebut. Hal itu tidak bisa dibiarkan, pemerintah harus segera melakukan langkah antisipasi dengan melobi Komisi UE, agar keputusan itu bisa dianulir demi menyelamatkan pariwisata nasional yang memang telah mengalami keterpurukan pasca krisis ekonomi dan moneter hampir satu dasawarsa ini. Pemerintah harus mengambil sikap tegas dan mampu meyakinkan Komisi UE bahwa kondisi keamanan di Indonesia cukup kondusif begitu pula dengan seluruh maskapai penerbangan di tanah air. Sebab, ujar Ilhamsyah, faktor keamanan dalam negeri sangat mempengaruhi kemajuan sektor pariwisata suatu negara karena itu untuk menarik kunjungan turis asing, maka isu keamanan harus menjadi perhatian disamping promosi yang gencar. Dengan adanya larangan maskapai Indonesia terbang ke "udara Eropa", menurut dia, maka peluang untuk mencapai target kunjungan wisatawan mancanegara enam juta orang pada 2007 akan sulit dicapai. "Namun demikian, promosi wisata ke UE hendaknya tidak terhenti, kita perlu terus melancarkan promosi ke kawasan itu seperti yang dilakukan selama ini di samping peran para diplomat di setiap negara untuk mempromosikan Indonesia," ujarnya. Meski ada hambatan menghadang tetapi promosi tidak boleh berhenti termasuk ke UE disamping negara-negara lainnya di Asia yang juga tidak kalah potensinya dibanding Eropa. Setelah menemui hambatan untuk menarik kunjungan wisatawan Eropa, maka para pelaku bisnis pariwisata nasional termasuk Sulawesi Selatan kini beralih melirik wisatawan dari kawasan Asia seperti Cina dan negara tetangga anggora ASEAN, demikian Ilhamsyah. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007