Manajer Madura United Haruna Soemitro membenarkan, bahkan pihaknya juga membawa kasus ini ke Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) untuk dugaan pelanggaran kontrak.
"Mulai hari ini kami menunjuk dua pengacara, seorang untuk aspek pidana penggelapan dan seorang pengacara lagi untuk berhubungan dengan FIFA," ujar Haruna, di Jakarta, Rabu.
Khusus untuk dugaan kasus penggelapan Madura United akan membawa Peter ke Polda Jawa Timur.
Adapun pangkal masalah konflik ini, ungkap Haruna, adalah tindakan Peter Odemwingie yang menuntut klub berjuluk Laskar Sapeh Kerrab membayar ganti rugi karena dianggap lalai membayar uang muka (DP) gaji untuk musim 2018 sebesar 65.000 dolar AS (sekitar Rp845 juta).
Biaya penalti yang diminta mantan penyerang klub Liga Inggris Stoke City ini kepada timnya yaitu sebesar 120.000 dolar AS (sekitar Rp1,5 miliar), termasuk DP yang menurut Odemwingie belum dilunasi.
"Lalu melalui pengacaranya, Peter Odemwingie memberikan pilihan jika tidak ingin kena penalti, Madura harus membayar 85.000 dolar AS (Rp1,1 miliar)," lanjut Haruna.
Padahal, Madura United mengklaim mereka telah membayar DP sebesar Rp3 miliar untuk 2018 kepada Odemwingie.
"Memang kami sengaja menahan 65.000 dolar AS karena Odemwingie pernah melakukan pelanggaran di musim 2017," katanya Haruna.
Selain itu, Odemwingie juga dianggap melakukan penipuan karena beberapa kali mangkir dari latihan dengan alasan sakit.
Padahal, kata Haruna, baik dokter dari dalam maupun luar negeri menyatakan pemain berusia 36 tahun itu baik-baik saja.
"Awalnya manajemen masih biasa saja dan berharap dia berubah. Akan tetapi dengan berbagai alasan dia tak mau tampil dan tak mau mengembalikan uang yang diterimanya," tutur Haruna.
Pewarta: Michael Teguh Adiputra S
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018