Jakarta (ANTARA News) - Jakarta hanya memiliki potensi yang kecil saja untuk terserang tsunami karena tidak berhadapan langsung dengan tepi lempeng Eurasia yang bertabrakan dengan lempeng Australia seperti di kawasan barat Sumatera hingga ke sisi selatan Jawa. "Warga Jakarta jangan terprovokasi dengan isu bencana alam, karena jika terjadi tsunami Jakarta hanya akan menerima dampak cukup kecil," kata pakar gelombang laut dari jawatan hidro oseanografi di bidang meteorologi Letkol laut Rosyid di Jakarta, Kamis. Sebab kedua, Jakarta masih terlindungi oleh kepulauan Seribu yang dapat berperan sebagai peredam gelombang tsunami dari laut selatan yang mengalir melalui selat Sunda. Jakarta, ujarnya, lebih berbahaya statusnya karena ulah manusia, misalnya karena konsumsi air tanah yang menyebabkan Jakarta ambles sembilan miimeter per tahun atau karena sampah yang menghambat aliran drainase sehingga menjadi salah satu penyebab banjir. Pakar gelombang dari Jawatan Hidro-Oseanografi lainnya, Mayor Laut Saroso mengatakan penyebab terjadinya tsunami dapat karena gempa, meteor jatuh, gunung meletus dan bom nuklir. Namun umumnya tsunami terjadi karena gempa seperti fenomena terban, yaitu menurunnya dasar daratan di lautan. Sedangkan angin bukan penyebab tsunami karena angin hanya menjadi pemicu munculnya gelombang tinggi dengan status yang tidak membahayakan. Kejadian tsunami pun menurut Saroso tidak selalu berbahaya, misalnya ketika gempa terjadi di laut dalam, sehingga gelombang akan teredam oleh jarak yang jauh. Selain itu, tsunami yang menuju daratan dapat mereda meskipun terjadi gempa yang kuat karena adanya penghalang misalnya adanya pulau-pulau, karang atau tanaman pantai seperti bakau. Ia juga memperingatkan posisi bulan yang dapat memicu gelombang laut tinggi, misalnya pada Mei-Juni lalu terukur, ketinggian gelombang di laut baik di teluk jakarta, di utara maupun selatan jawa dan sebagian besar wilayah indonesia akibat posisi bulan. "Contohnya seperti di Muara Angke yang terjadi kurang lebih dua minggu lalu. Kombinasi keduanya posisi bulan yang menghasilkan gelombang pasang ditambah angin kecepatan tinggi menyebabkan daerah ini mengalami banjir yang terus menggenang," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007