Bagdad (ANTARA News) - Empat lagi wartawan Irak tewas akibat serangan di seluruh negeri itu dalam tiga pekan terahir, kata pengawas media dan polisi hari Kamis. Luay Suleiman, yang bekerja pada koran "Nineveh al-Hurra" di kota Mosul, Irak utara, dan satu pria lain ditemukan tewas pada Rabu, kata Brigadir Jenderal Saeeh Ahmed dari polisi Nineveh kepada kantor berita Prancis AFP. "Luay membawa kartu pengenal, yang menunjukkan ia bekerja sebagai pewarta koran tersebut," kata Ahmed. Ia menyatakan kedua orang itu, yang juga anggota perhimpunan kebudayaan Kristen setempat, dibunuh kelompok bersenjata di lingkungan Zuhur, Mosul. Saat makin banyak media pindah ke negara tetangga dan Kurdi di utara, wartawan pribumi mereka ditinggalkan tanpa perlindungan apa pun dan pembunuhnya terus bergerak bebas, kata pernyataan pengamat media Wartawan Tanpa Batas, yang berpusat di Paris. Korban terbaru adalah wartawan Rahim Maliki, penyair terkenal, yang menuanrumahi acara kebudayaan di jaringan televisi Iraqiya, yang dikelola negara sebelum tewas akibat pemboman hotel Bagdad pada Senin. Wartawan kawakan lain, Hamid Abd Sarhan (57 tahun) disergap dan dibunuh saat pulang hari Rabu di kabupaten Saidiyah, Bagdad selatan, kata lembaga itu mengutip keterangan Persatuan Wartawan. "Kelompok bersenjata menghadang mobilnya dan menembaknya beberapa kali, yang segera menewaskannya," katanya. Sarhan bekerja lebih dari 30 tahun untuk kantor berita milik negara sampai Saddam Hussein digulingkan pada 2003 ketika ia bekerja untuk kantor berita swasta Iraqioun. Wartawan ketiga, Aref Ali Falih, pewarta bagi Aswat Iraq (Suara Irak), tewas akibat bom mobil pada 11 Juni di kota Khalis, timurlaut ibu kota negara terkoyak perang itu, Bagdad. Sedikit-dikitnya, 187 wartawan dan pekerja media tewas sejak awal serbuan pimpinan Amerika Serikat pada Maret 2003. Dua hilang dan 14 lagi tidak ada beritanya sejak diculik, kata pengamat media tersebut. Sebagian besar dari mereka adalah orang Irak, yang dibunuh kelompok perlawanan atau pejuang, yang marah akibat liputan mereka atau secara ideologi bertentangan dengan majikan mereka. Yang lain terperangkap dalam bakutembak di antara pihak bertikai. Menurut angka sindikat pers Irak, sekitar 230 wartawan Irak tewas sejak serbuan Amerika Serikat atas Irak pada 2003. Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tengah Juni melalui badan pengurus masalah kebebasan pers di dunia, UNESCO, mengutuk pembunuhan wartawati Irak Sahar Hussein Ali Haydari. Sahar Hussein Ali Haydari tewas dibunuh oleh sejumlah orang bersenjata di Mosul, Irak, awal Juni. Sahar adalah wartawati kantor berita nasional mandiri Irak, NINA. Ia juga pengajar bidang kajian jurnalistik di beberapa lembaga, termasuk di Lembaga Pelaporan Perang dan Damai di London. Namanya berada di "daftar kematian" keluaran pemimpin daerah Alqaida. Media terus menjadi sasaran dalam pertikaian mematikan aliran di Irak, membuat negara itu menjadi tempat paling berbahaya di dunia bagi wartawan. Sedikit-dikitnya, 12 duabelas wartawan tewas di Irak pada Mei, jumlah tertinggi bulanan sejak awal serbuan pimpinan Amerika Serikat untuk menumbangkan Saddam Hussein pada 2003.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007