Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu pagi, bergerak menguat sebesar 43 poin menjadi Rp13.391 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.434 per dolar Amerika Serikat (AS).
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa nilai tukar rupiah menguat menyusul adanya sentimen positif dari hasil survei Oxford Business Group (OBG) yang menyebutkan iklim berbisnis di Indonesia dalam kurun waktu dua tahun terakhir mengalami peningkatan.
"Sentimen itu cukup membantu bagi pergerakan rupiah untuk kembali bergerak di area positif setelah pada perdagangan sebelumnya mengalami tekanan terhadap dolar AS," katanya.
Ia menambahkan bahwa sentimen mengenai pemerintah yang terus fokus dalam pengembangan infrastruktur turut memberikan harapan positif bagi pelaku pasar untuk mengakumulasi aset berdenominasi rupiah.
"Pembangunan infrastruktur membuat aktivitas ekonomi meningkat sehingga fundamental pertumbuhan ekonomi dapat terjaga," katanya.
Namun, lanjut dia, apresiasi rupiah dapat terbatas mengingat sebagian pelaku pasar uang juga sedang mencermati hasil kebijakan pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada pekan ini terutama mengenai suku bunga acuan.
"Kekhawatiran potensi kenaikan suku bunga di Amerika Serikat menjadi salah satu faktor yang dapat menahan apresiasi rupiah," katanya.
Analis Monex Investindo Futures Putu Agus menambahkan bahwa meski pertemuan FOMC masih berlangsung dan belum ada keputusan mengenai kebijakan suku bunga Amerika Serikat, namun sikap optimis pasar suku bunga akan naik sebanyak tiga kali pada tahun ini dapat menahan apresiasi mata uang di negara berkembang, termasuk rupiah.
"Jika The Fed optimis suku bunga dinaikkan sebanyak tiga kali maka tren penguatan rupiah dapat tertahan," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018