Jakarta (ANTARA News) - Indonesia National Air Carriers Association (INACA) meminta pemerintah Indonesia tak segera mengikuti liberalisasi penerbangan (open sky) di ASEAN mulai 2008, sebelum industri penerbangan domestik kuat. "Open Sky sebaiknya tidak terlalu terburu untuk diikuti dan tak perlu ikut kemauan negara tetangga sebelum semuanya siap. Ini bisa jadi `entry barrier` (faktor penghambat)," kata Ketua INACA Rusdi Kirana kepada pers di Jakarta, Kamis, ketika menyampaikan Rapat Umum Anggota (RUA) INACA 2007 pada 3 Juli di Bali. Menurut Rusdi, maskapai penerbangan sebagai bagian dari industri penerbangan di Indonesia sebenarnya siap dan tak takut berkompetisi kapan pun, tetapi sebagai bagian dari warga dunia, juga berhak melindungi kepentingan nasionalnya karena ruang udara adalah aset sekaligus kedaulatan negara. Intinya, lanjut Dirut Lion Air ini, sebelum pihak terkait seperti Bandara dan Air Traffic Control (ATC) dan industri pendukungnya siap maka hal itu sebenarnya bisa dipertimbangkan untuk ditunda. "Namun, prakteknya open sky untuk maskapai sudah terjadi saat ini, contohnya maskapai penerbangan asing sudah bisa masuk `point to point` di Indonesia seperti Air Asia, sedangkan maskapai Indonesia tidak bisa melakukan hal serupa di Malaysia," katanya. Artinya, Indonesia kini sudah dalam posisi dirugikan. "Tidak hanya itu, Indonesia sudah dirampok wilayah udaranya. Padahal potensi penumpang domestik kita terbesar di Asia Tenggara," kata Rusdi. Padahal dengan potensi yang sama seperti India, Cina dan Amerika Serikat sampai sekarang masih menutup wilayah udaranya dari asing. "Singapura selalu menuntut open sky dengan Indonesia wajar karena dia kecil dan satu destinasi (kota tujuan), sedangkan kita banyak," katanya berapi-api. Rusdi juga mengakui, usulan tersebut secara informal sudah disampaikan kepada regulator (Departemen Perhubungan) dan Komisi V DPR. "Tanggapan mereka positif," katanya. Namun, tambah Rusdi, INACA belum bisa memperkirakan, kapan industri penerbangan Indonesia benar-benar siap memasuki open sky. "Untuk kepentingan itu, perlu ada studi komprehensif dan tanggung jawab pemerintah untuk menyiapkannya," katanya. Wakil Ketua Inaca, Samudra Sukardi, pihaknya menginginkan agar industri penerbangan tumbuh menjadi kuat bersama-sama sehingga ketika sudah kuat, siap bersaing dengan asing.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007