Jakarta (ANTARA News) - Dalam membudidayakan jeruk terutama jeruk keprok selama ini membutuhkan waktu rata-rata empat tahun untuk berproduksi. 


Hal tersebut membuat petani lebih memilih untuk mengembangkan jeruk siam yang relatif lebih cepat dalam berproduksi.


Sebenarnya jeruk kepeok mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi. Karena jeruk impor yang membanjiri pasar dalam negeri merupakan jenis keprok. 


Untuk itu perlu adanya pengembangan jeruk keprok lebih luas lagi sebagai upaya mensubstitusi jeruk impor.


Untuk mengatasi permasalahan lamanya produksi pada jeruk keprok, dapat dilakukan dengan “metode pemijatan dan pelengkungan” atau pikung pada percabangan sehingga petani tidak perlu khawatir untuk menanam jeruk keprok karena umur produksi awal relatif sama dengan jeruk siam. 


Berdasarkan keterangan Ady Cahyono, SP teknisi Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro, Balitbangtan) yang melakukan pikung, waktu yang tepat untuk melakukan perlakuan pelenturan percabangan adalah pada saat tanaman mulai layu tepatnya diawal musim kemarau (awal tanaman mengalami kondisi stress air). 


Namun Sebelum melakukan pelenturan tanaman dipupuk terlebih dahulu 3 bulan sebelumnya.


Alasannya pada kondisi tersebut tanaman berhenti bertunas dengan kondisi sedikit layu sehingga cabang tidak mudah patah saat dilakukan proses pelenturan.  


Cara melakukan pikung cukup mudah yaitu dengan melengkungkan cabang atau ranting pelan-pelan sampai berbunyi tetapi tidak patah. Tahapan pikung dimulai dari cabang bagian bawah kemudian sampai ke atas. 


Perlu diingat selama 2-3 bulan tanaman yang sudah diperlakukan pelenturan tidak perlu disiram air. Di samping itu faktor utama penentu keberhasilan dari metode ini adalah, harus merubah komposisi dosis pemupukan yang diberikan pada tanaman, karena adanya perubahan fisiologis tanaman dari fase vegetatif (pertumbuhan) ke fase generatif (produksi).


Teknik pikung ini telah diaplikasikan di Kebun Percobaan Banaran, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, Balitbangtan. Hasilnya telah terbukti tanaman jeruk keprok batu 55 dapat berbuah pada umur 2,5 tahun dengan hasil produksi 20-25 kilogram per pohon.


Kepala Balitjestro, Dr. Taufiq M. Ratulle menjelaskan bahwa dengan adanya metode ini petani akan lebih bersemangat untuk mengembangkan jeruk keprok disamping jeruk siam. Karena teknik ini cukup mudah untuk diaplikasikan tidak perlu keterampilan khusus, jelasnya. (fjr)


Pewarta: Antara
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018