Sektor-sektor manufaktur yang tengah dikembangkan guna menjadi kekuatan unggul di tingkat regional Asia Tenggara, antara lain industri otomotif, elektronika, makanan dan minuman, serta textile clothes footwear (TCF).
“Di Indonesia, kelompok manufaktur tersebut telah menjalankan sistem Industry 4.0,” kata Airlangga melalui keterangannya diterima di Jakarta, Senin.
Airlangga menyampaikan hal itu usai melakukan pertemuan multilateral dengan delegasi negara-negara Asean di sela kegiatan World Economic Forum (WEF) 2018 di Davos, Swiss.
Pada era Industry 4.0, sektor industri mengimplementasikan otomasi dalam proses produksinya, yaitu melalui pemanfaatan tenaga robotik yang terhubung dengan internet dalam pengoperasiannya.
Airlangga juga meyakini, pada empat sektor yang sedang dipacu bareng negara-negara Asean, daya saing industri Indonesia dinilai cukup kompetitif. Misalnya sektor otomotif, selain punya pasar domestik yang besar, Indonesia juga menjadi basis produksi dari beberapa perusahaan otomotif dunia.
“Pemerintah menargetkan produksi otomotif kita bisa menembus 2,5 juta unit pada tahun 2020 untuk bersaing di kancah global,” ungkapnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan industri alat angkutan mencapai 5,63 persen atau di atas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,06 persen pada kuartal III-2017.
Selain itu, sektor ini sebagai salah satu kontributor terbesar pada pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor industri pengolahan nonmigas yang mencapai 10,11 persen.
Selanjutnya, industri elektronika dalam negeri, menunjukkan kinerja yang cukup positif. Hingga tahun 2016, terdapat 23 electronics manufacturing service (EMS), 42 merek dan 37 pemilik merek baik global maupun nasional, dengan total nilai investasi sebesar Rp7 triliun dan menyerap tenaga kerja sebanyak 13 ribu orang.
Untuk mendukung sektor tersebut, Kementerian Perindustrian memfasilitasi pembangunan Techno Park di sejumlah wilayah di Indonesia, seperti Bandung techno Park, TohpaTI Center di Denpasar, Inkubator Bisnis IKITAS di Semarang, Makassar Techno Park di Makassar, dan Pusat Desain Ponsel di Batam.
“Ini merupakan wadah penghubung antara pihak akademisi, industri dan pemerintah yang dapat menumbuhkan dan membina startup dalam negeri di bidang teknologi informasi dan komunikasi, terutama animasi, software, dan games,” paparnya.
Sementara itu, industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor yang strategis dan masih mempunyai prospek cerah untuk tumbuh di Indonesia.
“Jumlahnya sangat banyak di dalam negeri, mulai dari tingkat kabupaten, bahkan mereka sudah ada yang go international,” ujar Menperin.
BPS mencatat, pertumbuhan industri mamin sebesar 9,46 persen pada kuartal III/2017 atau naik dari capaian kuartal II/2017 sekitar 7,19 persen.
Sektor ini mampu menyumbangkan PDB industri nonmigas pada triwulan III 2017 sebesar 34,95 persen, tertinggi dibandingkan sektor lainnya.
Selain iu, kontribusi tenaga kerja industri didominasi oleh sektor mamin sebanyak 3,3 juta orang atau sebesar 21,34 persen.
Sedangkan, menurut Menperin, untuk kelompok industri pakaian, tekstil, dan sepatu juga telah mampu menguasai pasar global.
“Khusus untuk industri shoes and apparel sport, kita sudah melewati Tiongkok. Bahkan, di Brasil, kita sudah menguasai pasar di sana hingga 80 persen,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Kemenperin terus mendorong agar industri-industri andalan Indonesia tersebut bisa terintegrasi pada rantai pasok di tingkat Asean.
Terkait pelaksanaan Masyarakat Ekonomi Asean, ini menjadi momentum penting bagi negara-negara di Asia Tenggara untuk semakin meningkatkan kerja sama ekonomi khususnya sektor industri agar bisa saling melengkapi satu sama lain.
“Kami meyakini Asean akan menjadi kawasan yang mampu memimpin sebagai future of production, dengan basis internet of everything sabagai infrastruktur utamanya,” ungkap Airlangga.
Hal ini lantaran Asean memiliki potensi pada pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018