Surabaya (ANTARA News) - Kondisi bocah perempuan yang mengalami gangguan kecanduan seks alias sex addict sebagai dampak negatif lingkungan eks lokalisasi Dolly di Kota Surabaya saat ini berangsur normal atau membaik.
Kepala Dinas Pengendalian Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) Kota Surabaya, Nanis Chairani, mengatakan kondisi bocah perempuan berusia delapan tahun itu masih terus dalam tahap penyembuhan dan pendampingan, karena memang sudah cukup lama mengalami kondisi tersebut.
"Untuk menghilangkan itu tidak gampang, dibutuhkan proses, karena kemungkinan sudah berlangsung lama. Kita perlu kerja sama antara rumah sakit, terutama orang tuanya dan para psikolog," kata Nanis di Surabaya, Senin.
Menurut dia, untuk penyembuhan harus dilakukan secara berkala, baik dari segi pengobatan maupun kejiwaan si anak. "Meskipun hal kecil, tetap kami arahkan, seperti nonton film romantis agar orang tuanya melarang," ujarnya.
Nanis menyampaikan kondisi anak tersebut saat ini sudah mulai berangsur normal dari awal pertama kali ditemukan.
Hal ini, tidak lepas dari pengawasan dan pendampingan yang terus dilakukan oleh Pemkot Surabaya.
Korban yang merupakan dampak dari adanya eks lokalisasi Dolly Surabaya, sebelumnya ditemukan mengalami kecanduan seks dengan kondisi yang sangat memprihatinkan.
"Anak ini yang awalnya lebih sering mengarah ke sana, saat ini kondisinya sudah mulai bisa terkontrol, kami terus arahkan dan beri pemahaman kepada si anak," ujarnya.
Menurutnya, peran serta orang tua juga sangat dibutuhkan untuk tetap dapat ikut mengawasi dan menjaga korban, karena selama tinggal di eks lokalisasi Dolly diketahui anak tersebut hanya tinggal bersama neneknya.
Kejadian ini merupakan yang kedua kalinya ditemukan pasca-penutupan eks lokalisasi Dolly.
Sebelumnya, juga ditemukan hal serupa yang menimpa seorang anak berusia sekitar delapan tahun. Tapi anak itu kini sudah berhasil disembuhkan dan kembali normal.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memberikan perhatian khusus terkait masalah ini, bahkan pada korban yang pertama dulu wali kota sudah sempat bertemu dengannya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya Febria Rachmanita sebelumnya menyampaikan untuk memulihkan kondisi anak tersebut, saat ini pihaknya mengaku telah melakukan pendampingan, baik dari segi pengobatan maupun pendampingan dari segi psikiater dan psikolog.
"Untuk menangani pasien seperti ini, tidak hanya pasiennya saja, keluarganya pun kami ajak, jadi keluarga itu kita galih juga dari psikolog," ujarnya.
Selain itu, Febria juga menyampaikan pihaknya terus melakukan sosialisasi langsung kepada masyarakat, sebagai upaya deteksi dini dan pencegahan terhadap permasalahan anak.
"Dengan melakukan pengawasan terhadap anak, diharapkan tidak terjadi lagi kasus yang tadi," katanya.
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018