Bandung (ANTARA news) - Praktisi kesehatan dr. Sonia Wibisono mengatakan stres, termasuk yang disebabkan faktor lingkungan dan tempat tinggal yang tidak sehat, bisa menjadi salah satu pemicu diabetes.
Pasalnya, menurut Sonia , saat seseorang stres, kelenjar pituitari di dalam otak menurunkan produksi hormon serotonin.
"Serotonin adalah hormon yang teramat kompleks dengan banyak tugas, misalnya mengatur mood, mempengaruhi kelenjar pankreas mengeluarkan insulin dan lain-lain," kata Sonia.
"Saat stres produksi serotonin berkurang, maka kemampuannya untuk meningkatkan produksi insulin berkurang, akibatnya hormon insulin pun minim," katanya dalam talkshow dan seminar kesehatan "Menghindari Diabetes dengan Hidup Bebas Stres" di Podomoro Pavilion, di Bandung, Senin.
Lebih jauh Sonia menyebutkan insulin adalah hormon yang diproduksi pankreas untuk mengatur atau menurunkan kadar glukosa dalam darah, dengan cara membantu glukosa masuk dalam sel yang membutuhkan glukosa untuk hidup.
"Sederhananya, insulin membuat kadar gula darah seseorang stabil. Nah, saat kita stres, hormon serotonin diproduksi dalam jumlah sedikit, insulin otomatis berkurang, dan ini mengurangi kemampuannya menetralisir gula darah. Karena darah kekurangan pasokan insulin, glukosa darah akan tetap berada pada aliran darah tanpa bisa memasuki dinding sel, maka terjadilah kenaikan gula darah," kata dia.
Menurut dia agar tidak stres caranya selalu berpikir positif dan iklhas, serta melakukan kegiatan-kegiatan yang membuat gembira. Seperti olahraga, mengerjakan hobi, bergaul dengan teman, serta melakukan aktivitas yang dekat dengan alam.
Sebuah penelitian yang dilakukan Geisinger Health System di Danville, Pennsylvania, Amerika Serikat menyatakan lingkungan memiliki dampak besar terhadap para penderita diabetes.
Survei yang melibatkan 15.308 responden pasien diabetes menyebutkan, mereka yang tinggal di lingkungan tak sehat memicu perkembangan diabetes menjadi lebih buruk.
Hasil survei yang dipublikasikan awal tahun ini untuk meneliti sejauh mana dampak tempat tinggal terhadap penyakit yang diderita.
Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018