Sukabumi (ANTARA News) - Tidak tahan menghadapi siksaan dan perlakuan buruk lain dari majikannya di Bintangor, Malaysia, Sri Hermawati (27), seorang tenaga kerja wanita asal Desa Batungunggal, Cibadak, Sukabumi, Jabar, mengadukan nasibnya itu kepada orang tuanya melalui telepon.
Menurut ibunya, Ny. Eti Kurniati, di kediamannya, Kamis, melalui hubungan telepon yang pertama kalinya sejak ia bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Malaysia itu, Sri mengaku kerap dipukuli oleh istri majikannya, bahkan gajinya selama 1,5 tahun belum juga diterimanya.
"Selama anak saya berada di Malaysia hampir 1,5 tahun, anak saya tidak pernah kasih kabar apa pun tentang kondisinya, namun baru Jumat (15/6) lalu anak saya kasih kabar via telepon," kata Eti Kurniati kepada ANTARA.
"Bahkan bila hanya melakukan kesalahan sedikit saja, tidak diberi makan hingga anak saya berat badannya turun," katanya.
"Kalau anak majikannya tidak makan, maka Sri juga tidak diberi makan dan terkadang disuruh tidur di luar bila melakukan kesalahan," katanya menceritakan ungkapan Sri melalui telepon sambil menangis.
Sri Hermawati berangkat ke Malaysia sejak 13 Februari 2006 lalu tanpa menggunakan Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI). Ia berangkat ke Malaysia dengan cara ilegal tanpa sepengetahuan Dinas Tenaga Kerja setempat.
"Anak saya berangkat dengan menggunakan calo yang ada di Sukabumi (Ny Sri dan Ny Eneng) dan dari Sukabumi langsung menuju Kalimantan (Pak Pian), dan seterusnya ke Malaysia dibawa oleh salah satu agen yang bernama Franky," katanya.
Ia menjelaskan, Sri Hermawati akhirnya memberanikan diri untuk menghubungi ke rumah melalui telepon majikannya karena saat itu sedang berada di luar rumah, yakni menjaga toko di tempat lain.
"Karena sering disiksa dan jarang diberi makan, maka anak saya memberanikan diri telepon ke wartel yang berada tak jauh dari rumah saya," katanya seraya menyebutkan anaknya itu sudah tidak tahan bekerja di sana dan ingin segera pulang.
Mendengar kisah sedih anaknya itu, orang tua Sri yakni Heri Hermansyah (62) dan Ny. Eti Kurniati (45) sangat berharap anaknya bisa segera kembali ke Indonesia.
"Saya tidak rela kalau anak saya sering disiksa hingga babak belur, maka saya berharap pemerintah segera bisa membawa kembali anaknya pulang ke rumah," kata Eti Kurniati.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007