"Total kontrak dihadapi perseroan pada 2018 terdiri atas target kontrak baru tahun 2018 sebesar Rp7,83 triliun dan carry over tahun 2017 sebesar Rp8,76 triliun," kata Direktur Utama WIKA Gedung Nariman Prasetyo, di Jakarta, Senin.
Komposisi perolehan kontrak baru tahun 2018 direncanakan berasal dari pemerintah sebesar 30 persen, BUMN 30 persen dan swasta 40 persen.
Dari komposisi tersebut, ujar Prasetyo, menunjukkan bahwa WIKA Gedung memiliki pasar yang jelas dan independen karena porsi kontrak baru berasal dari eksternal, di luar dari proyek-proyek yang berasal dari WIKA selaku Holding Company.
Sementara untuk penjualan --termasuk penjualan kerja sama operasional (KSO)--, WIKA Gedung menargetkan Rp5,19 triliun, tumbuh 28,8 persen dari target tahun 2017 sebesar Rp4,03 triliun dengan target laba bersih tahun 2018 Rp394,5 miliar, atau naik 38 persen dari target tahun 2017 sebesar Rp285,8 miliar.
Sementara untuk pengembangan bisnis di tahun 2018, perusahaan menggelontorkan belanja modal atau investasi sebesar Rp667 miliar.
Ia menambahkan, dengan dasar pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan tumbuh 5,4 persen di tahun 2018 serta fokus pemerintahan Presiden Jokowi terhadap pembangunan infrastruktur di Tanah Air, WIKA Gedung siap mengembangkan bisnis konsesi penyedia space terkait dengan perkembangan infrastruktur tersebut, antara lain di bidang kebandarudaraan, transportasi massa termasuk infrastruktur sosial seperti rumah sakit dan pendidikan.
Di lini belakang, WIKA Gedung fokus pada bisnis pracetak gedung, modular dan geotech.
"Di bisnis pracetak gedung, telah berdiri anak perusahaan PT WIKA Pracetak Gedung yang memproduksi precast gedung," katanya.
Sedangkan pada bisnis modular, WIKA Gedung berencana melanjutkan KSO sebelumnya dengan mendirikan perusahaan patungan untuk memproduksi modular bersama. Kemudian di bidang geotech WIKA Gedung akan mengakusisi perusahaan di sektor tersebut untuk mengembangkan bisnis konstruksi bangunan bawah (basement).
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018