Tokyo (ANTARA News) - Sekolah Republik Indonesia di Tokyo (SRIT) mengembangkan sistem pemantauan belajar secara online, sehingga memudahkan para guru dan orangtua siswa memantau perkembangan intelektualitas muridnya. Terobosan itu disampaikan kepala Sekolah SRIT, Sumarwoto MSc di hadapan orang tua murid dan Duta Besar RI untuk Jepang Jusuf Anwar di Tokyo, Kamis. "Baik guru dan orang tua, khususnya yang sibuk bekerja, dapat saling berkomunikasi lewat internet dalam memantau siswanya secara dua arah," kata Sumarwoto pada acara kelulusan siswa-siswi SRIT tahun ajaran 2006/2007. Sebanyak 29 siswa, mulai dari TK hingga SMA mengakhiri masa sekolahnya. Sebagian besar dari mereka meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tingi di sekolah yang sama. Untuk lulusan SMA sebagian kembali ke Indonesia, sebagian lagi melanjutkan studinya ke perguruan tinggi di Jepang. Menurut peraih predikat guru teladan tingkat propinsi itu, piranti lunak ICT atau Information Center of Technology akan digunakan untuk menunjang pemakaian sistem itu yang merupakan terobosan untuk mengatasi sebagian kendala dalam proses belajar dan mengajar di SRIT. "Beberapa keluhan yang ada memang coba di atasi, misalnya untuk soal administrasi sekolah, pemantauan prestasi belajar siswa dan juga masukan yang diperoleh dari para orang tua murid kepada para guru," ujarnya. Sistem itu memungkinkan para orang tua murid mengetahui secara langsung berapa kali putra-putrinya tidak masuk sekolah dan alasannya, termasuk prestasi belajarnya selama di sekolah. Para guru juga bisa berkomunikasi timbal balik via internet untuk memberikan masukan dan konsultasi dalam masalah-masalah sekolah lainnya. Para orang tua murid akan mendapat akses dengan memiliki password yang hanya diketahui oleh orang tua murid yang bersangkutan. Hal lain yang dibenahi, ujarnya, soal tuntutan kurikulum yang cukup tinggi, sementara kondisi sekolah Indonesia di luar negeri memiliki keunikannya tersendiri. Misalnya, muridnya merupakan murid berdasarkan kedatangan orang tuanya yang bekerja di Jepang. "Kami di sini tidak bisa menetapkan standar, karena murid yang datang bisa dari daerah mana saja di Indonesia dengan perbedaan tingkat pendidikan," ujarnya lagi. Menurut Yoke Devi, orangtua murid, kualitas guru perlu ditingkatkan guna mengatasi keunikan sekolah Indoensia yang berada di luar negeri. Bagaimanapun keterlibatan siswa untuk memperkenalkan budaya Indonesia di luar negeri cukup sering. "Para siswa mau tidak mau ikut dalam kegiatan yang menempatkannya menjadi duta budaya bangsa," ujarnya.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007