Jakarta (ANTARA News) - Ratu Padmavati (Deepika Padukone) hanya akan melintasi satu "jalan" bila pada akhirnya raja Rana Rawal Ratan Singh (Shahid Kapoor) meregang nyawa di tangan Sultan Alauddin Khilji (Ranveer Singh).

Jalan yang sudah mendapat restu raja walau berarti ini mengorbankan nyawa tak hanya Padmavati sendiri, melainkan para perempuan di lingkungan kerajaan Mewar.

Jalan yang akan terasa pahit bagi Alauddin, sang sultan asal Delhi dinasti Khilji. Akan sia-sia baginya menghabiskan waktu berbulan-bulan menggempur Mewar dengan berbagai cara, bahkan jika itu kotor.

Kedatangan Alauddin yang dikenal ambisius dan kejam ke Mewar hanya satu. Hanya ingin menuntaskan hasrat melihat rupa Padmavati dan merebutnya dari Ratan Singh.

Alauddin Khilji (instagram.com/ranveersingh)

 

Pengkhianatan berujung petaka

Alauddin tak akan tahu soal desas-desus kecantikan Padmavati kalau saja pendeta Raghav Chetan, yang tak lain guru spiritual Ratan tidak buka suara.

Raghav yang sudah terpesona pada rupa sang ratu diusir dari istana karena ketahuan mengintip raja dan Padmavati di ruang pribadi mereka. Dia menyimpan dendam pada Mewar karena itu dan berniat membuat sang raja tunduk padanya dengan memanfaatkan Alauddin.

Alauddin bergabung dengan rencana Ragrav dan pendeta itu mulai menikmati prosesnya. Namun, ada harga mahal yang harus dia serahkan sebagai imbalannya.

Dia tak akan menyangka akan berakhir seperti itu. Sebuah akhir yang dinanti namun tak disangka Padmavati dan Mewar.

Ragtav pantas mendapatkan itu karena sudah berani menempatkan Mewar dalam kondisi tak tenang.

Ratan Singh (instagram.com/filmpadmaavat)


Islam, Hindu dan gelombang protes

Sutradara Sanjay Leela Bhasali memasukkan unsur Islam dan Hindu yang begitu kentara dalam film berdurasi 163 menit itu.
Alauddin yang digambarkan sebagai sosok muslim beberapa kali menunjukkan identitas itu, misalnya melalui pengucapan "Subhanallah", "Alhamdulillah".

Sementara Padmavati, seorang penganut ajaran Siwa. Ritual penyembahan Siwa dan budaya-budaya khas India dalam berbagai kesempatan dia lakukan.

Tak seperti Padmavati, sebagai muslim, Alauddin bukan seorang yang taat beribadah. Karakternya begitu negatif, termasuk soal kebiasaan bermain perempuan dan penyerang dari belakang. Dia juga terkenal bengis, berbeda dari sulthan atau khalifah pada umumnya.

Tak heran, jika umat Islam di India melakukan protes bahkan sebelum film dirilis. Presiden Majelis India, seperti dilansir laman Times of India menyatakan film ini tak layak ditonton muslim.

"Tuhan tidak menciptakanmu untuk belajar soal kehidupan yang baik dan hal-hal baik harus diingat sepanjang sejarah," kata dia.

Organisasi Muslim di Rajashtan seperti dilansir laman Times of India pernah mengatakan film tak boleh diluncurkan sebelum komunitas Rajput menyatakan narasi historis  jelas dalam film.

Di sisi lain, sejumlah orang di India menuduh Sanjay mencederai sejarah karena menggambarkan penguasa muslim sebagai "kekasih" Ratu Padmavati dari Rajput.

Kendati begitu, penilaian diserahkan pada penonton sendiri. Terlepas dari kontroversi yang ada, film ini menawarkan sebuah kisah berbasiskan kesetiaan seorang istri pada suaminya, penegakan prinsip hidup walau mungkin tak semua orang sependapat kalau itu benar.

Durasi 163 menit mungkin tak akan terasa jika penonton menikmati jalannya cerita. Tentunya, mereka yang sudah berusia 17 tahun ke atas dan berpikiran terbuka lebih disarankan menonton film yang sudah tayang di bioskop pada 25 Januari itu.
 
   

 

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018