Kekerasan seksual masih merupakan masalah tabu ..."

Bogota (ANTARA News) - Database informasi biologis (DNA) nasional yang baru dan daftar pelaku pelecehan seksual seharusnya meningkatkan jumlah orang yang diadili untuk kasus pelecehan seksual terhadap anak di Guatemala, mengingat kejahatan semacam itu jarang dihukum.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh para pegiat dan anggota parlemen Guatemala. Sekitar 10 kasus pelecehan seksual pada anak dilaporkan setiap hari di negara Amerika Tengah itu.

Pelecehan seksual tersebut acapkali dilakukan di secara sembunyi-sembunyi oleh anggota keluarga atau teman, menurut ombudsman hak asasi manusia Guatemala.

Undang-undang yang disahkan bulan lalu mengharuskan orang yang bekerja bersama dengan anak-anak untuk memberikan sertifikat yang membuktikan bahwa mereka tidak memiliki tuntutan melakukan pelecehan seksual sebelumnya, sementara semua pemberi kerja diminta untuk melakukan pemeriksaan latar belakang melalui daftar pelaku pelecehan seksual yang baru.

"Kami percaya hal ini mencegah terjadinya kekerasan sejak awal, karena pelaku dapat dikeluarkan dari posisi otoritas di mana mereka bisa menyakiti lebih banyak anak, " kata Brad Twedt, direktur Misi Keadilan Internasional (IJM) di Guatemala.

Dalam waktu beberapa minggu sejak undang-undang tersebut mulai berlaku, ada lebih dari 223.000 sertifikat telah dikeluarkan, catat IJM selaku kelompok hak asasi manusia yang telah berkampanye untuk mengupayakan pengesahan undang-undang tersebut.

Undang-undang itu juga telah mengungkap lebih dari 30 guru sekolah dan pekerja lain yang telah dihukum karena melakukan pelecehan seksual pada anak yang bekerja di sekolah-sekolah di Guatemala.

"Daftar pelaku seks adalah cerminan dari pergeseran besar yang telah dilakukan pemerintah dalam memprioritaskan perlindungan terhadap anak-anak dari kekerasan seksual, "kata Twedt kepada Thomson Reuters Foundation.

Ia menyatakan, daftar itu akan mengumpulkan informasi tentang orang-orang yang dihukum karena kejahatan seksual, termasuk pemerkosaan, dan membantu pihak berwenang melacaknya selama lima tahun setelah dibebaskan dari penjara.

"Kekerasan seksual masih merupakan masalah tabu, namun pemerintah mengambil peran utama dalam mengubahnya dengan penerapan peraturan ini," ujarnya.

Sebagai bagian dari undang-undang itu, database asam deoksiribonukleat (deoxyribonucleic acid/DNA) akan menyimpan informasi genetik dari orang-orang yang ditahan atas tuduhan kejahatan seksual, yang dapat membantu jaksa untuk mengidentifikasi dan menghukum pelaku dengan lebih baik.

Anggota Kongres Leonel Lira, yang mempelopori undang-undang tersebut, mengatakan itu menandai era baru dalam penyelidikan dan penuntutan pelaku pelecehan seksual dan pemerkosaan pada anak.

Menurut laporan pada 2009 oleh Komisi Perserikatan Bangsa Bangsa untuk menentang Impunitas di Guatemala (CICIG), hampir 90 persen kasus kejahatan terhadap anak-anak tidak dihukum.

Salah satu konsekuensi kekerasan seksual adalah tingginya tingkat kehamilan remaja. Ribuan anak perempuan, beberapa di antaranya berusia 10 tahun, hamil setiap tahun akibat perkosaan, demikian laporan aktivis antikekerasan seksual di Guatemala.

Pewarta: Administrator
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018