"Secara umum, banjir yang ada di Kota Kupang terjadi akibat pengurangan areal resapan pada hulu DAS, karena perkembangan dan pertumbuhan pemukiman penduduk ke arah hulu DAS yang tidak dapat kita hindari," kata Alex Leda kepada Antara di Kupang, Sabtu, terkait banjir di Kota Kupang.
Akhir-akhir ini, banjir pada DAS Kota Kupang, sering terjadi dan dari hari ke hari semakin banyak limpasan yang menggenangi jalan raya dalam kota.
"Ketidaknormalan banjir saat ini bukan semata-mata akibat Perubahan Iklim (PI), tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi DAS seperti tidak cukupnya lahan untuk peresapan, penyimpanan dan parkir air hujan," katanya menjelaskan.
Disamping perkembangan dan pertumbuhan pemukiman penduduk ke arah hulu DAS yang tidak dapat kita hindari seperti daerah Belo, Naioni, Sikumana, Fatukoa, Naimata, Penfui dan lainnya.
Dia mengatakan, dampak banjir dapat terlihat pada melimpahnya aliran permukaan di musim hujan yang mengakibatkan ketidak mampuan kapasitas drainase sebagai wadah untuk mengalirkan air.
Disamping itu, telah tumbuhnya daerah kawasan banjir yang baru seperti kawasan Oesapa dan Lasiana yang semakin luas dan mulai mencemaskan.
Kondisi ini mengindikasikan bahwa lahan peresapan alami semakin menyempit dan kondisi DAS mulai berubah.
Karena itu, salah satu solusi yang bisa dilakukan pemerintah kota adalah memanfaatkan potensi sumur resapan sebagai media konservasi.
"Tujuan pembuatan sumur resapan adalah menggantikan peresap alami yang hilang akibat meluasnya lahan pembangunan yang menjadi kedap/tertutup bangunan/jalan, dengan cara mendrainasekan sebagian aliran permukaan sebagai substitusi peresap alami yang terjadi sebelum dilakukan pembangunan," katanya.
Keuntungan membuat peresapan adalah meengimbangi perubahan penggunaan lahan, mengurangi banjir dan genangan lokal, mencegah dan mengurangi kerusakan drainase dan menambah cadangan air tanah sebagai usaha konservasi, katanya menjelaskan.
Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018